Update ! Kurs Rupiah 2 September 2024 : Melemah 65 Poin Menjadi Rp15.520 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin pagi tercatat mengalami penurunan, mencerminkan ketidakpastian di pasar mata uang menjelang rilis data tenaga kerja AS yang sangat dinanti-Foto : Dokumen Palpos-

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 21 Agustus 2024 : Melemah 15 Poin Jadi Rp15.451 per Dolar AS

Jika data menunjukkan pelemahan di sektor tenaga kerja, hal ini bisa memperbesar peluang pemangkasan suku bunga acuan, yang berpotensi mengubah sentimen pasar secara signifikan.

Rilis data tenaga kerja AS yang dijadwalkan pekan ini sangat dinantikan oleh para pelaku pasar, mengingat pentingnya data ini dalam mengarahkan kebijakan moneter The Fed.

Ariston menjelaskan bahwa data tenaga kerja yang memburuk dapat meningkatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga, bahkan mungkin lebih besar dari yang diperkirakan.

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 20 Agustus 2024 : Menguat 56 Poin Menjadi Rp15.550 per Dolar AS

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 19 Agustus 2024 : Menguat 68 Poin di Level Rp15.625 per Dolar AS, Apa Penyebabnya ?

Sebaliknya, jika data menunjukkan ketahanan atau bahkan penguatan di sektor tenaga kerja, ekspektasi pemangkasan suku bunga bisa berkurang, yang pada gilirannya dapat memberikan tekanan tambahan pada mata uang seperti rupiah.

Di sisi lain, indeks dolar AS terlihat sedikit menguat pada awal pekan ini.

Penguatan ini dipicu oleh penurunan ekspektasi pasar terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga yang lebih besar, yaitu sebesar 50 basis poin.

Setelah data ekonomi AS pekan lalu tidak memberikan sinyal yang cukup kuat untuk mendukung langkah tersebut.

Data produk domestik bruto (PDB) AS kuartal II-2024 dan Indeks Harga Konsumen (PCE Price Index) tidak menunjukkan penurunan yang signifikan, sehingga ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga menjadi lebih moderat.

Kondisi ekonomi AS saat ini berada dalam sorotan, terutama setelah beberapa data penting yang dirilis pekan lalu tidak menunjukkan penurunan yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi atau inflasi.

Data PDB AS untuk kuartal kedua menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dari perkiraan, sementara PCE Price Index, yang merupakan indikator inflasi utama yang digunakan oleh The Fed, juga tidak mencatatkan penurunan yang signifikan.

Ariston menuturkan bahwa kondisi ini telah menyebabkan penurunan ekspektasi pasar terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga yang lebih agresif.

"Penurunan ekspektasi pemangkasan yang lebih besar karena data ekonomi AS pekan lalu tidak menunjukkan penurunan," jelas Ariston.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan