Ternyata, Dayang Torek bukan dijadikan permaisuri, melainkan hanya sebagai selir.
Hal ini membuat Nyongang marah dan merencanakan pelarian Dayang Torek.
Namun, Dayang Torek sadar bahwa situasinya sangat sulit.
Di tengah-tengah pelarian, mereka dikejar oleh prajurit-prajurit Pangeran.
Dayang Torek memutuskan untuk menyembunyikan diri di sebuah tempat yang dikenal dengan nama Bukit Sulap.
Bukit Sulap terkenal dengan medan yang berat dan banyaknya tempat persembunyian alami.
Dayang Torek dan Nyongang berusaha sekuat tenaga untuk bersembunyi.
Sayangnya, mereka tetap tertangkap oleh prajurit-prajurit Pangeran.
Dalam peristiwa ini, Dayang Torek hilang tanpa jejak.
Beberapa mengatakan bahwa ia melarikan diri ke dunia lain.
Sementara yang lain percaya bahwa ia menjadi korban kekejaman Pangeran.
Sejak kejadian tragis itu, masyarakat setempat mengenang peristiwa hilangnya Dayang Torek dengan sebutan "Silampari," yang berarti putri atau peri yang hilang (silam).
Nama ini terus hidup dalam ingatan masyarakat Lubuklinggau dan Musi Rawas hingga kini.
Lubuklinggau dan Musi Rawas sering disebut sebagai Bumi Silampari untuk mengenang kejadian tragis tersebut.
Seiring berjalannya waktu, Lubuklinggau berkembang pesat dan berubah menjadi kota yang maju di Provinsi Sumatera Selatan.
Kota ini memiliki posisi geografis yang strategis, berada di antara Provinsi Jambi, Provinsi Bengkulu, dan Palembang.