Semua yang dipelajarinya tidak lebih karena rasa sukanya untuk memanfaatkan apa yang telah disediakan oleh Sang Pencipta, tanpa harus merusak lingkungan.
Apa yang ada di dunia ini, terutama di Bumi Pertiwi, memiliki segala yang dibutuhkan manusia, termasuk air yang melimpah.
Meskipun hanya lulusan sekolah menengah atas (SMA), rasa keingintahuan Aktis untuk mempelajari alam sangat tinggi.
Saat masih di Lamongan, dia sering membaca buku biologi dan mengimplementasikan pengetahuannya di lingkungan sekitar.
Pada tahun 1986, Aktis memutuskan hijrah ke Surabaya untuk memperkuat keilmuannya dan mendapatkan pendapatan yang lebih baik.
Aktis memanfaatkan jurnal penelitian hingga media sosial, seperti penyedia layanan konten video, untuk terus belajar tentang lingkungan.
Bahkan, dia membeli mikroskop digital untuk mengamati bakteri yang digunakan untuk menjernihkan air selokan.
Pria yang memiliki hobi membuat bonsai ini mengaku jatuh cinta dengan bakteri-bakteri tersebut dan sering menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengamatinya.
Aktis bersyukur dan berterima kasih atas apa yang telah ditunjukkan oleh bakteri-bakteri tersebut.
Dia memandang bahwa mempelajari lingkungan hidup dapat memberikan pengetahuan tentang pentingnya menjaga serta melestarikannya.
Selain itu, peduli lingkungan juga bisa menanamkan rasa tanggung jawab, kesadaran diri, dan kepekaan terhadap makhluk hidup dan lingkungan sekitar.
Aktis sering menjadi informan bagi warga atau mahasiswa terkait pengelolaan air, tanaman, hingga perikanan.
Petani dari kampung halamannya di Lamongan juga meniru inovasinya agar tidak menyia-nyiakan air untuk pengairan sawahnya.
Aktis telah menjadi influencer bagi masyarakat sekitarnya melalui lingkungan, khususnya pemanfaatan air.
Kini, Aktis terus belajar karena alam ini sangatlah luas dan selalu berkembang.
Dia bersyukur bahwa apa yang sudah dilakukannya bisa bermanfaat bagi dirinya, masyarakat luas, hingga generasi-generasi berikutnya.