PALEMBANG - Perjuangan R.A. Kartini dengan penanya sedikit demi sedikit berbuah manis.
Mayoritas kaumnya kini telah berkesempatan menempuh pendidikan dasar bahkan tak sedikit yang lulus dari perguruan tinggi dari berbagai strata.
Meski begitu, perjuangannya tak boleh berhenti sampai di situ.
Ada perjuangan lain yang harus dilanjutkan kaum "Ibu Kita Kartini", yakni mendobrak stigma perempuan sebagai strata kedua di Bumi Pertiwi.
BACA JUGA:Kiprah Kartini Merawat Kuliner
BACA JUGA:Harus Ada Aturan Jelas Penggunaan Ponsel Anak
“Kita membutuhkan wanita yang begitu kuat sehingga mereka bisa lembut, yang begitu berpendidikan sehingga mereka bisa rendah hati, yang begitu garang sehingga mereka bisa berbelas kasih, yang begitu bersemangat sehingga bisa rasional, dan yang sangat disiplin sehingga bisa bebas."
Demikianlah seruan aktivis perempuan berdarah India Kavita Ramdas dalam salah satu bukunya berjudul Women Who Light The Dark.
Ya, kini kaum perempuan harus berjuang dengan peran ganda, mulai dari menjadi anak, istri, ibu, menantu, bahkan pemimpin di tempat kerja demi mengaktualisasikan dan memberdayakan diri.
Memburu waktu dan tenaga masing-masing, lengkap dengan sederet perlakuan sebelah mata, adalah tantangan bagi kaum perempuan pada hari ini.
BACA JUGA:Ketua Pembina Posyandu Kabupaten se-Sumsel Dikukuhkan
BACA JUGA:Polisi Buru 10 Oknum Debt Collector di Palembang
Tiada seorang perempuan pun yang tidak mengalami beratnya melakoni peran ganda, tak terkecuali seorang menteri.
Adalah Tri Rismaharini yang juga mengamini jatuh bangunnya dalam mengemban berbagai peran dan tanggung jawab untuk memberdayakan diri sebagai seorang perempuan.
Doa yang Menguatkan