Namun, bahaya terbesar perang Israel-Iran adalah terganggunya perekonomian dunia yang sensitif terhadap pergerakan harga minyak, apalagi Iran bisa memblokade atau mengganggu jalur minyak global, khususnya Selat Hormuz.
Pada 2022, melalui Selat Hormuz ini berlayar kapal-kapal tanker yang mengangkut 21 juta barel minyak per hari yang setara dengan 21 persen tingkat konsumsi minyak dunia dan 30 persen pasokan minyak dunia.
Bayangkan saja, dampak embargo minyak Rusia yang menguasai 14 persen pasokan minyak akibat invasi di Ukraina saja sudah begitu dahsyat terhadap perekonomian global, apalagi jika kawasan yang menguasai 30 persen pasokan minyak dunia diganggu perang.
Bahkan kalaupun Iran tak mengganggu jalur energi global itu, sentimen buruk terhadap harga minyak global pasti sangat besar.
Resultante paling dahsyatnya adalah naiknya suku bunga dan inflasi yang bisa memicu krisis multidimensi, termasuk krisis energi yang efeknya bisa ke mana-mana.
Oleh karena itu, perang Iran-Israel mungkin tak akan terjadi, walau permusuhan di antara kedua negara makin sulit dipadamkan. (ant)