LUBUKLINGGAU- Menjelang lebaran Idul Fitri 1445 Hijriah, warga di Sumatera Selatan khususnya Kota Lubuklinggau dibayang-bayangi kekhawatiran dengan kenaikan harga eceran LPG 3 kg atau disebut juga LPG melon atau LPG subsidi. Pasalnya baru memasuki sepekan Ramadhan saja harga LPG 3 kg sudah mengalami kenaikan.
Seperti yang diungkapkan Resti (30), warga Kelurahan Ceremeh Tabah, Kecamatan Lubuklinggau Timur II, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan (Sumsel). Menurutnya harga eceran LPG 3 kg di warung, biasa dibeli dengan harga kisaran Rp20 ribu hingga Rp21 ribu. Tetapi baru sepekan memasuki Ramadhan, harga LPG 3 kg sudah naik. "Sekitar 3 hari lalu LPG 3 KG sudah naik antar Rp23 ribu hingga Rp 25 ribu," ujarnya.
Kondisi itu tentunya membuat Resti selaku ibu rumah tangga khwatir menjelang lebaran nanti harga LP 3 kg bakal melambung.
"Seperti tahun-tahun yang sudah, seminggu menjelang lebaran harga LPG 3 kg naiknya gila-gilaan berkisar Rp 35 ribu hingga Rp 45 ribu," ungkap Resti.
BACA JUGA:Beredar SK Kepengurusan Baru KONI, Pengurus Prabumulih Ancam Lakukan Mosi Tidak Percaya
BACA JUGA:82 Pejabat Pemkab OKU Timur Kembali Dirotasi
Dia berharap hal itu segera diantisipasi oleh pemerintah, dengan tetap membuka pangkalan hingga hari H dan juga sepekan setelah lebaran, selain itu memastikan juga stok LPG 3 kg aman.
"Kalau bisa stok LPG 3 kg ditambah berkali-kali lipat, biar pedagang yang suka berspekulasi dengan harga bisa gigit jari, kata Resti.
Sementara itu Firman (40), warga Ceremeh Taba, mengungkapkan bahwa harga eceran LPG di sekitar tempat tinggalnya berksiar Rp25 ribu pertabung 3 kg. "Harga masih biasa ya Rp25 ribu, tapi biasanya menjelang lebaran naik antara Rp28 ribu hingga Rp 35 ribu," ujarnya.
Kondisi itu biasa terjadi dari tahun ketahun, karena menjelang lebaran biasanya penggunaan LPG 3 kg meningkat drastis karena setiap rumah tangga pemakaiannya bertambah dari biasanya.
BACA JUGA:Pj Bupati OKU Safari Ramadhan di Kecamatan Ulu Ogan
BACA JUGA:Pemkot Prabumulih Kontrol Harga Bahan Pokok Melalui OPM dan GPM
"Biasalah yang tadinya gak buat kue jadi buat kue, yang tadinya gak buat tupat jadi buat tupat, belum lagi pempek, tekwan , bakso dan lain-lain, jadi pemakaian meningkat harga dipasar ikutan meningkat," ungkap Firman.
Berbeda dengan Resti, Firman justru tak ambil pusing dengan kenaikan harga LPG selagi stok LPG itu mudah didapati. "Ya namanya hukum ekonomi, dimana banyak permintaan disitu harga naik, yang penting stoknya ada jangan cuma harganya saja yang ada tapi barangnya kosong itu tambah pusing lagi," ungkap Firman.
Sebab lanjut Firman, kalau sampai stok LPG kosong, yang kebagian pusing bukan hanya ibu-ibu tetapi bapak-bapak juga ikut pusing tujuh keliling karena disuruh mutar-mutar cari LPG. "Ibunya tahunya LPG ada, kita yang suruh keliling cariin, kalau tidak dicariin malah kitanya gak dimasakin apa-apa," ceritanya sambil tertawa kecil.