"Solusinya dikeruk, sejak 2013 atau lebih dari 10 tahun lalu, tidak ada perawatan alur, soal anggaran tinggi untuk pengerukan tak sebanding dengan pentingnya keselamatan penumpang dan logistik," jelas BHS.
Jika tidak dikeruk, hanya kapal kecil yang bisa bersandar di pelabuhan ini.
BACA JUGA:BMKG Memperingatkan Potensi Hujan Lebat di 20 Provinsi, Masyarakat Diminta Waspada !
BACA JUGA:Kapal Pesiar Terbakar Perairan Barat Pulau Pamagaran : Begini Kondisi Penumpang !
Jika itu terjadi akan menghambat pertumbuhan perekonomian, baik di Sumatera Selatan maupun Bangka Belitung.
Kasi Operasional Pelabuhan TAA Dinas Perhubungan Sumsel, Zulkarnain mengatakan, soal pendangkalan ini pihaknya telah mengusulkan pengerukan ke pemerintah pusat.
"Benar seperti kata Pak Bambang tadi, kondisi dangkal di kolam labuh dan alur pelayaran harus diatasi dengan pengerukan," katanya.
Lama surut selama 3-4 jam.
Saat 3 jam saja, setidaknya ada 2 kapal yang terlambat keberangkatannya. Penumpang dan logistik menjadi lambat sampai.
"Parahnya pendangkalan ini sejak dua tahun terakhir. Tetap operasi tetapi dengan menunggu alam (air pasang kembali)," katanya.
Salah seorang Nahkoda Kapal, Alexander mengatakan, pendangkalan terjadi sangat parah pada musim barat, dimana saat pasang air besar, dan saat surut air sangat kecil.
Sebagai nahkoda kapal yang membawa penumpang dan logistik ia cukup khawatir dengan pendangkalan ini.
Selain takut membahayakan penumpang (kecelakaan dan lainnya), juga mesin kapal cepat rusak.
"Upaya yang saat ini kita lakukan dengan menunggu air pasang, menunggu di tempat dangkal itu," katanya.
Sementara itu, Pemerhati Lingkungan, Taufik Anwar mengungkapkan keprihatinannya terhadap masalah pendangkalan yang terjadi di perairan Pelabuhan Tanjung Api-api (TAA).
Menurutnya, pendangkalan ini bukan hanya mengancam keselamatan transportasi penyeberangan, tetapi juga merupakan ancaman serius bagi lingkungan maritim di sekitarnya.