Rasio kompresi: 21:1
Transmisi: Manual 4 percepatan
Meski output-nya tidak besar, mesin ini dikenal sangat bandel, mudah dirawat, dan siap menghadapi kondisi jalan Indonesia yang ekstrem.
Tenaganya disalurkan ke roda belakang, menjadikan Holden Lincah cukup kuat untuk kebutuhan niaga maupun penumpang.
Interior dan Fitur: Sederhana Tapi Fungsional
Sebagai kendaraan niaga sederhana, Holden Lincah tidak menonjol dalam hal kenyamanan.
Namun mobil ini punya beberapa keunggulan yang cukup mengejutkan untuk kelasnya di era 80-an.
Misalnya, AC sudah menjadi fitur standar, sesuatu yang langka untuk mobil niaga pada masa itu.
Suspensinya menggunakan sistem double wishbone dengan batang torsi di depan, serta rem cakram depan dengan booster, menjadikannya cukup nyaman dikendarai.
Varian Gama (5 pintu) memiliki konfigurasi 3 baris kursi untuk 7 penumpang, sementara Raider (3 pintu) hanya dua baris dengan bangku belakang model saling berhadapan, mirip angkot.
Bahkan, di Jawa Timur, Holden Lincah Gama dan Raider sempat digunakan oleh Travel Tirta Jaya rute Surabaya–Malang, dan menjadi travel pertama yang sudah full AC di jalur tersebut.
Hal ini membuatnya cukup populer di kalangan pengguna angkutan umum pada masa itu.
Prototipe Holden Lincah Sedan: Bukti Kemampuan Industri Lokal
Tak banyak yang tahu, ternyata Holden Lincah juga punya versi prototipe sedan yang dibuat dengan bodi Holden Aska.
Mobil ini memakai mesin Isuzu diesel 2000 cc dan kabarnya memiliki tingkat kandungan lokal hingga 80%, angka yang luar biasa di era 1980-an — bahkan setara dengan Toyota Kijang Innova tahun 2003.
Beberapa komponen lokal yang digunakan antara lain: