Beberapa kafe dan restoran juga mencoba menghadirkan varian modern, misalnya dengan tambahan es serut atau madu untuk menambah cita rasa.
Meski populer, tantangan terbesar dalam menjaga eksistensi rujak gandaria adalah ketersediaan buahnya.
Pohon gandaria kini semakin jarang ditemui akibat alih fungsi lahan dan kurangnya budidaya.
Padahal, tanaman ini sebenarnya mudah tumbuh di tanah tropis Indonesia.
Beberapa komunitas pecinta tanaman dan pegiat kuliner lokal mulai mengkampanyekan penanaman kembali pohon gandaria agar buah ini tidak punah.
Dengan begitu, generasi mendatang tetap bisa menikmati segarnya rujak gandaria.
Selain aspek budaya, rujak gandaria juga memiliki potensi ekonomi.
Pedagang rujak di berbagai daerah mampu meraup keuntungan lebih ketika musim gandaria tiba.
Harga buah gandaria yang relatif tinggi karena langka justru membuatnya menjadi komoditas menguntungkan.
Jika dikembangkan lebih serius, rujak gandaria bisa menjadi ikon kuliner khas daerah yang berdaya tarik wisata.
Wisatawan lokal maupun mancanegara tentu akan tertarik mencicipi makanan unik ini, terutama karena hanya bisa ditemui di beberapa wilayah tertentu di Indonesia.
Rujak gandaria bukan hanya sekadar camilan segar, tetapi juga warisan kuliner Nusantara yang sarat nilai budaya dan manfaat kesehatan.
Keunikan rasanya membuat banyak orang ketagihan, sementara kandungan nutrisinya menambah nilai lebih.
Dengan upaya pelestarian pohon gandaria dan promosi kuliner lokal, rujak gandaria berpotensi menjadi salah satu ikon kuliner Indonesia yang mendunia.
Jadi, bila Anda menemukan pedagang yang menjual rujak gandaria, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipinya.
Sensasi segar, pedas, dan asam manisnya akan membuat Anda teringat akan kekayaan kuliner tradisional negeri ini.