Meski potensinya besar, AVA masih menghadapi beberapa tantangan:
Kebutuhan infrastruktur khusus berupa marka jalan yang jelas dan tahan cuaca.
Penerimaan masyarakat, yang mungkin masih ragu dengan kendaraan tanpa pengemudi.
Regulasi pemerintah terkait izin operasional kendaraan otonom di area publik.
Pengembangan teknologi AI lokal agar tidak bergantung pada perangkat lunak impor.
Namun, tim pengembang optimistis bahwa tantangan ini dapat diatasi melalui kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku industri.
Mengapa AVA Penting untuk Indonesia?
Indonesia memiliki keunikan geografis dan sosial yang membuat solusi mobilitas cerdas seperti AVA menjadi relevan:
Kepadatan lalu lintas di kota besar memerlukan transportasi otomatis yang efisien.
Kawasan industri dan pelabuhan membutuhkan kendaraan pengangkut dengan biaya rendah.
Pariwisata membutuhkan transportasi ramah lingkungan untuk meningkatkan pengalaman wisatawan.
Dengan biaya produksi yang relatif rendah dibandingkan kendaraan otonom konvensional, AVA dapat diproduksi massal di dalam negeri, mendukung industri otomotif lokal dan mengurangi ketergantungan pada produk luar negeri.
Langkah Selanjutnya
Setelah sukses uji coba di Pelabuhan Teluk Lamong, tim ITB berencana melakukan uji coba di beberapa lokasi lain dengan skenario operasional yang berbeda.
Targetnya, dalam beberapa tahun ke depan, AVA dapat memasuki tahap produksi skala kecil untuk sektor industri dan pariwisata.
Selain itu, ada wacana untuk mengembangkan versi AVA generasi kedua dengan: