Suhu udara di wilayah ini diperkirakan berkisar antara 24 hingga 30 derajat Celsius, dengan kelembapan relatif tinggi.
“Meski tidak ada potensi hujan, kondisi kabut dan awan tebal tetap perlu diwaspadai karena bisa mengganggu jarak pandang, terutama bagi pengguna transportasi darat dan udara,” imbuh Zen.
BMKG mencatat bahwa potensi hujan di sebagian besar wilayah Indonesia pada Minggu ini dipicu oleh sejumlah dinamika atmosfer, termasuk keberadaan bibit siklon tropis di wilayah laut Filipina yang memicu perlambatan angin dan peningkatan pertumbuhan awan hujan.
BACA JUGA:BMKG Imbau Warga Palembang Waspadai Cuaca Ekstrem : Hujan Deras dan Angin Kencang Mengancam !
Bibit siklon tropis tersebut terdeteksi memiliki kecepatan angin mencapai 28 knot dan mempengaruhi sejumlah daerah melalui pembentukan daerah konvergensi atau perlambatan kecepatan angin.
Adapun wilayah yang terdampak meliputi Perairan Barat Sumatera, Selatan Jawa, Selat Sunda, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), hingga wilayah Papua Tengah dan Papua Barat.
Selain itu, gelombang Kelvin yang terdeteksi di Jambi dan Kalimantan Barat, serta gelombang Rossby ekuatorial di wilayah NTT turut memperkuat pembentukan awan hujan.
Kedua fenomena atmosfer ini dapat meningkatkan potensi hujan deras secara lokal dan tiba-tiba (cuaca mikro).
Tak hanya hujan, BMKG juga memperingatkan adanya percepatan angin permukaan yang dapat mencapai lebih dari 25 knot, terutama di wilayah laut sekitar perairan Sumatera, Jawa, dan Indonesia bagian timur.
“Gelombang laut tinggi antara 2,5 hingga 4 meter berpotensi terjadi di Laut Andaman, Teluk Kalian, Laut Filipina, hingga Samudera Hindia sebelah barat daya Lampung,” ujar Zen.
BMKG meminta nelayan dan operator kapal untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama di jalur pelayaran yang berisiko diterjang gelombang tinggi.
Dalam laporan yang sama, BMKG juga mengingatkan potensi banjir rob (banjir pasang air laut) yang diperkirakan terjadi di beberapa wilayah pesisir.
Wilayah yang berpotensi terdampak antara lain Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, sebagian besar wilayah pesisir Jawa, termasuk Jakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, hingga pesisir Papua Selatan.
“Rob dapat menyebabkan gangguan aktivitas masyarakat pesisir, termasuk nelayan, pelabuhan, serta daerah pemukiman yang berada di dekat garis pantai,” jelas BMKG.
Masyarakat di wilayah pesisir diimbau melakukan langkah antisipatif, seperti mengamankan barang-barang penting dan menghindari aktivitas di tepi laut saat pasang tinggi berlangsung.