Di Balik Eksotisme Tebat Lampung : Tersimpan Kearifan Lokal yang Terus Lestari !

Jumat 25 Jul 2025 - 22:08 WIB
Reporter : Dahlia
Editor : Maryati

Dengan dukungan dan kolaborasi lintas elemen, termasuk tokoh adat, pemuda, dan kelompok ibu-ibu, Tebat Lempaung kini menjadi ikon kebanggaan masyarakat.

Bahkan sudah mulai menarik kunjungan dari wisatawan lokal hingga penggiat budaya yang penasaran ingin menyaksikan langsung kehidupan desa yang masih lestari.

“Ini bukan sekadar menangkap ikan. Nangguk Bersama adalah bentuk cinta masyarakat terhadap tradisi, terhadap tanah leluhur, dan terhadap kebersamaan,” ujar salah satu tokoh masyarakat desa saat diwawancarai.

Di era ketika banyak desa kehilangan jati dirinya akibat arus modernisasi yang terlalu cepat, Gedung Agung memilih jalan yang berbeda.

Mereka membangun desa tanpa harus melupakan akar budaya. Nangguk Bersama menjadi simbol persatuan, rasa syukur, dan keberlanjutan tiga hal yang kini jarang ditemukan secara utuh di banyak tempat.

Tradisi ini tidak hanya menghidupkan kembali ruang publik desa, tapi juga memperkuat nilai-nilai gotong royong yang selama ini menjadi ciri khas masyarakat Sumatra Selatan, khususnya eks Marga Tembelang Gedung Agung.

Keberlanjutan kegiatan Nangguk Bersama kini menjadi tanggung jawab bersama — bukan hanya pemerintah desa, tapi seluruh warga.

Kesadaran ini terus ditanamkan, terutama kepada generasi muda.

Di setiap penyelenggaraan, anak-anak diajak ikut serta, bukan hanya untuk membantu, tapi juga untuk memahami bahwa apa yang mereka warisi bukan sekadar budaya, melainkan cara hidup yang menjunjung nilai kebersamaan dan harmoni dengan alam.

Dengan menjaga Tebat Lempaung dan melestarikan Nangguk Bersama, masyarakat Desa Gedung Agung telah menunjukkan bahwa membangun desa tidak harus berarti meninggalkan budaya.

Justru, dari desa yang kuat budaya dan alamnya, masa depan yang berkelanjutan bisa dibangun.

Tebat Lempaung dan Nangguk Bersama bukan sekadar potret desa yang lestari.

Ia adalah cerita tentang harapan, tentang bagaimana masyarakat lokal bisa menjadi agen pelestari budaya dan lingkungan secara mandiri.

Dari Desa Gedung Agung, kita belajar bahwa kemajuan tidak selalu berarti perubahan total — terkadang, yang perlu kita lakukan hanyalah merawat yang telah ada.

Kategori :