Tak butuh waktu lama bagi Panther menjadi idola keluarga besar, angkutan kota, hingga armada travel.
Versi minibus-nya jadi ikon di banyak kota, dan versi pickup-nya jadi kuda kerja andalan pedesaan.
Bukan hanya itu, perawatan mudah dan harga sparepart terjangkau membuat Panther nyaris tak tergantikan.
BACA JUGA:Senjata Baru Toyota di Segmen SUV: Lebih Gaya, Lebih Jauh, Teknologi AR Canggih, Seharga Avanza !
BACA JUGA:Xpeng G7 Resmi Meluncur: SUV Listrik Canggih Ini Cuma Butuh 10 Menit untuk Isi 436 KM !
Namun, semua kisah indah pun bisa mencapai akhir.
Pada 2020, Isuzu resmi menghentikan produksi Panther di Indonesia, karena mesin lawasnya tak lagi memenuhi standar emisi Euro 4.
Dunia pun berduka—setidaknya bagi mereka yang tumbuh bersama deru mesin 2.5L diesel Isuzu.
Isuzu Panther: Mati Suri atau Strategi Menunggu?
Pertanyaan besarnya: mengapa Isuzu tak segera menggantinya?
Apakah Panther benar-benar mati, atau hanya tertidur menunggu momentum yang tepat?
Jawabannya tidak sesederhana itu.
Isuzu Indonesia memang memilih fokus pada kendaraan komersial seperti truk dan pickup, mengingat kontribusi penjualan Panther semakin menurun sejak awal 2010-an.
Namun, kebutuhan pasar akan mobil diesel serbaguna tak pernah benar-benar hilang.
Ditambah lagi, pemerintah Indonesia terus mendorong kendaraan yang ramah lingkungan, termasuk elektrifikasi dan efisiensi bahan bakar.
Mesin diesel konvensional pun makin terdesak, memaksa produsen berpikir ulang soal teknologi pengganti.