Minyak goreng curah turun menjadi Rp17.462/liter, dan Minyakita turun tipis ke Rp17.460/liter.
Pada saat yang sama, harga tepung terigu curah menurun ke Rp9.737/kg dari sebelumnya Rp9.787/kg, dan tepung terigu kemasan turun ke Rp12.850/kg dari Rp13.005/kg.
Penurunan ini dipengaruhi oleh stabilnya pasokan gandum impor dari Australia dan Kanada yang masuk melalui pelabuhan utama di Surabaya dan Belawan.
Komoditas daging sapi murni mengalami kenaikan harga menjadi Rp135.278/kg dari Rp135.091/kg.
Sementara itu, daging ayam ras turun ke Rp34.415/kg dari Rp35.043/kg. Harga telur ayam ras juga menurun tipis ke Rp28.994/kg dari Rp29.222/kg.
Penurunan harga unggas disinyalir akibat melimpahnya stok di tingkat peternak, serta rendahnya permintaan pasca-Lebaran dan musim sekolah.
Pemerintah mengingatkan agar peternak tetap menjaga keseimbangan antara suplai dan permintaan agar tidak merugi.
Untuk komoditas laut, ikan kembung naik signifikan ke Rp41.972/kg dari Rp40.727/kg, begitu pula ikan tongkol ke Rp34.331/kg dari sebelumnya Rp33.952/kg.
Namun, ikan bandeng justru turun ke Rp33.344/kg dari sebelumnya Rp34.361/kg. Kenaikan harga beberapa jenis ikan dikaitkan dengan kondisi cuaca dan hasil tangkapan nelayan yang menurun.
Di sisi lain, daging kerbau beku (impor) turun ke Rp104.919/kg dari Rp105.402/kg.
Penurunan juga terlihat pada daging kerbau segar lokal, yang kini dihargai Rp136.818/kg dari sebelumnya Rp140.488/kg.
Melemahnya harga kerbau lokal menunjukkan adanya pasokan cukup dari sentra peternakan di Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan.
Garam konsumsi relatif stabil, naik sangat tipis menjadi Rp11.646/kg dari Rp11.644/kg.
Meskipun tidak signifikan, pergerakan ini tetap dipantau karena garam termasuk bahan pokok dengan pola distribusi musiman dan bergantung pada produksi dalam negeri.
Tren harga pangan nasional per 14 Juni 2025 mencerminkan adanya stabilitas relatif di tengah dinamika pasokan dan distribusi.
Penurunan pada sejumlah komoditas strategis seperti cabai, bawang, dan minyak goreng menjadi kabar baik bagi konsumen, sementara kenaikan tipis beras premium dan gula menunjukkan tantangan logistik dan produksi yang perlu terus diawasi.