Tak hanya itu, korban juga menyampaikan permintaan maaf khusus kepada sang istri: "Dek, adek q sayang, maafin kakak ya belum bisa mbuat adek seneng."
BACA JUGA:Polsek Tanjung Raja Amankan Pria Bawa Sajam Tanpa Izin di Desa Seridalam
Kapolsek Ryadi mengatakan, pihak kepolisian telah mengonfirmasi kepada keluarga bahwa unggahan tersebut memang ditulis sendiri oleh korban.
“Keluarga membenarkan, bahkan sebelum kejadian, korban memang sering mengeluh soal beban pekerjaan dan tanggung jawab terhadap keluarganya,” ungkapnya.
Dari keterangan keluarga, korban diketahui sudah lama bekerja sebagai sopir truk pengangkut barang.
Namun dalam beberapa bulan terakhir, korban sering mengalami masalah pada truk yang dikemudikannya, hingga memicu tekanan dari atasan.
“Dari hasil penyelidikan awal, korban mengalami tekanan mental akibat beban pekerjaan dan kondisi ekonomi. Dia merasa gagal membahagiakan keluarganya, terutama istrinya,” jelas Kapolsek Ryadi.
Salah seorang kerabat korban, yang enggan disebutkan namanya, mengaku sempat melihat perubahan sikap almarhum beberapa hari sebelum kejadian.
“Dia lebih pendiam, dan sempat bicara soal lelah kerja tapi nggak dihargai. Tapi kami tak menyangka akhirnya seperti ini,” ucapnya.
Jenazah Kecut Sapari telah dimakamkan di kampung halamannya siang hari setelah kejadian.
Pihak keluarga menolak otopsi dengan alasan telah memahami penyebab kematian korban, dan memilih untuk mengikhlaskan kepergiannya.
Atas kejadian ini, IPTU Ryadi menghimbau kepada masyarakat agar lebih peduli terhadap kondisi psikologis orang-orang di sekitar.
“Kami turut berduka cita atas kejadian ini. Kami juga menghimbau kepada masyarakat untuk tidak ragu mencari bantuan atau bercerita jika mengalami tekanan, terutama yang berkaitan dengan pekerjaan atau keluarga,” tegasnya.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa tekanan mental bisa dialami siapa saja. Kecut Sapari, seorang ayah dan suami yang dikenal tekun bekerja, akhirnya memilih jalan tragis karena merasa terjebak dalam kesulitan hidup yang tak kunjung usai.