Dengan tren makanan yang kembali ke akar budaya lokal, kue putu ayu menjadi simbol kecintaan terhadap warisan kuliner tradisional.
Banyak pembuat kue kini mencoba memodifikasi tampilan dan rasa putu ayu, seperti dengan menambahkan rasa cokelat, keju, atau bahkan warna-warna cerah lainnya tanpa menghilangkan ciri khas aslinya.
Dalam era media sosial, kue putu ayu pun tidak ketinggalan untuk tampil.
Banyak warganet yang membagikan resep dan kreasi kue putu ayu versi mereka di berbagai platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube.
Video resep putu ayu sering kali mendapat jutaan penonton, membuktikan bahwa kue ini tetap relevan di zaman serba digital.
Para pelaku usaha kuliner juga memanfaatkan tren ini dengan menjual putu ayu secara online.
Lewat aplikasi pesan antar makanan, pembeli kini bisa menikmati putu ayu hangat langsung dari dapur rumah tanpa harus pergi ke pasar.
Kelezatan dan kepopuleran putu ayu membuka peluang bisnis rumahan yang menjanjikan. Modal yang dibutuhkan relatif kecil, bahan mudah didapat, dan proses produksinya tidak rumit.
Bahkan, dengan sentuhan kreativitas, putu ayu bisa menjadi oleh-oleh khas yang menarik untuk wisatawan domestik maupun mancanegara.
Pemerintah melalui berbagai program UMKM juga telah mendorong pelestarian dan pengembangan kue tradisional, termasuk putu ayu.
Pameran kuliner dan pelatihan usaha rumahan menjadi sarana untuk memperkenalkan kue ini ke kalangan yang lebih luas.
Di tengah derasnya arus modernisasi, kue putu ayu membuktikan bahwa cita rasa tradisional tak akan pernah lekang oleh waktu.
Kehadirannya bukan hanya soal makanan, tetapi juga warisan budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan.
Dengan tetap mempertahankan rasa otentik sambil menyesuaikan diri dengan zaman, kue putu ayu akan terus hidup sebagai salah satu ikon kuliner Indonesia.*