Kehadiran mereka menjadi bukti bahwa peresmian Kelenteng Wie Tien Bio ini tidak hanya menjadi agenda keagamaan, tetapi juga agenda strategis dalam penguatan nilai-nilai sosial dan kultural di Sumsel.
Gubernur berharap, ke depan akan semakin banyak rumah ibadah dari berbagai agama yang mendapat perhatian dalam hal pengelolaan, perawatan, serta fungsi sosialnya.
“Saya ingin semua rumah ibadah hidup dan aktif, bukan hanya di hari-hari besar keagamaan, tapi juga dalam kegiatan sosial kemasyarakatan,” tandasnya.
Peresmian Kelenteng Wie Tien Bio ini bukan sekadar seremoni, melainkan momen penting yang mencerminkan wajah Sumsel sebagai provinsi yang menjunjung tinggi toleransi dan keberagaman.
Di tengah berbagai tantangan sosial yang muncul akibat perbedaan, Sumsel tetap berdiri kokoh sebagai teladan dalam menjaga keharmonisan antar umat beragama.
Semangat ini yang ingin terus diwariskan oleh Gubernur Herman Deru kepada seluruh elemen masyarakat.
Sebab, seperti yang dikatakannya dalam penutupan sambutannya: "Kerukunan adalah fondasi utama kemajuan. Jika masyarakat rukun, maka apapun yang kita cita-citakan akan lebih mudah tercapai.”
Kelenteng Wie Tien Bio kini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga simbol hidupnya nilai-nilai toleransi, semangat gotong royong, dan kebersamaan di tengah masyarakat Sumatera Selatan.