Adonan ikan dicampur dengan sagu dan santan, kemudian dibungkus daun pisang dan dibakar di atas bara api.
Proses pembakaran inilah yang menghasilkan aroma sedap yang menggoda.
Otak-otak biasa disajikan dengan sambal cuko khas Palembang atau sambal kacang.
Sambal cuko memberikan sensasi rasa pedas, manis, dan asam yang khas, membuat otak-otak semakin nikmat disantap sebagai camilan sore atau hidangan pembuka.
Beberapa varian modern kini juga hadir, seperti otak-otak isi keju, otak-otak pedas, hingga otak-otak goreng, mengikuti perkembangan selera generasi muda.
Meski demikian, otak-otak bakar tetap menjadi favorit utama masyarakat.
Salah satu kawasan yang dikenal sebagai sentra produksi otak-otak adalah daerah 16 Ilir, khususnya di sekitar Pasar Tradisional dan sepanjang Jalan Merdeka.
Di sana, para penjual menjajakan otak-otak dalam bentuk matang siap santap maupun mentah yang bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
Salah satu pelaku usaha otak-otak, Ibu Rina (47), yang sudah berjualan sejak tahun 2001, mengungkapkan bahwa permintaan otak-otak meningkat drastis setiap musim liburan dan saat hari besar keagamaan.
“Kalau Lebaran atau Tahun Baru, bisa habis lebih dari 2.000 bungkus sehari,” katanya.
Ibu Rina mengaku menjaga kualitas produknya dengan selalu menggunakan ikan segar dan tidak memakai pengawet.
“Rahasia kelezatan otak-otak itu ya di ikannya. Harus segar dan diolah dengan hati,” tambahnya.
Tak hanya digemari secara lokal, otak-otak Palembang juga mulai dikenal di luar negeri.
Beberapa pelaku UMKM telah mengekspor otak-otak beku (frozen food) ke negara-negara seperti Malaysia, Singapura, hingga Belanda.
Pemerintah Kota Palembang juga mendorong pengusaha kuliner untuk meningkatkan kualitas kemasan dan standar kebersihan produk agar mampu bersaing di pasar internasional.
Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Selatan, otak-otak merupakan salah satu dari 10 produk unggulan kuliner yang akan terus dipromosikan dalam ajang pameran pariwisata dan perdagangan