Merasa bingung, Mang Juhai akhirnya bertanya kepada Bik Jubai.
“Dek, tejingok dak lato-lato kakak. Ngapo pacak ilang ini,” tanyanya.
Bik Jubai yang sudah menyiapkan jawaban langsung menyembur.
“Mano tau aku kak. Makonyo berentilah dak sudah maenke maenan budak kecik. Kakak tu la tuo, agek ngentak palak setuo itu,” katanya sambil mendelik.
Namun, Mang Juhai tidak menyerah begitu saja. Dengan nada bercanda, ia menjawab, “Oi dek, namonyo hobi. Daripada aku maen betino, lemak maen lato-lato.”
Mendengar jawaban itu, Bik Jubai tak mau kalah.
“Lajulah kalo berani, mon nak kutetak duo,” balasnya galak.
Mang Juhai hanya bisa diam mendengar ancaman istrinya. Sadar bahwa Bik Jubai benar-benar serius, ia pun mengalah.
Kali ini, Bik Jubai berhasil mengerjai suaminya.
Pertarungan kecil antara suami-istri ini berakhir dengan skor 1-0 untuk kemenangan Bik Jubai.
Meskipun Mang Juhai harus merelakan lato-lato kesayangannya hilang, ia belajar satu hal penting: jangan pernah meremehkan kekuatan istri, terutama jika sedang sakit gigi.
Dan bagi Bik Jubai, ini bukan sekadar soal suara lato-lato yang mengganggu. Ini adalah cara untuk memastikan ketentraman rumah tangga tetap terjaga, meski dengan sedikit trik licik.