Sementara itu, 63 persen pengusaha mengidentifikasi kesenjangan keterampilan sebagai hambatan utama dalam transformasi bisnis mereka.
Teknologi seperti kecerdasan buatan, big data, dan keamanan siber menjadi bidang yang mengalami pertumbuhan pesat.
Namun, WEF menekankan pentingnya mengombinasikan keahlian teknologi dengan pola pikir yang fleksibel, kreatif, dan adaptif.
Kemampuan berpikir kritis dan kolaborasi akan menjadi kunci untuk tetap relevan di pasar kerja.
Menurut Till Leopold, pemerintah dan sektor swasta harus bekerja sama untuk menghadapi tantangan ini.
"Sekarang adalah waktunya bagi dunia usaha dan pemerintah untuk berinvestasi pada keterampilan dan membangun tenaga kerja global yang adil dan tangguh," ungkapnya.
Dengan melakukan investasi besar-besaran pada pelatihan tenaga kerja, kolaborasi ini diharapkan mampu menciptakan ekosistem kerja yang mendukung perkembangan teknologi sekaligus mengurangi dampak pengangguran akibat otomatisasi.
Laporan WEF memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana dunia kerja akan berubah drastis dalam satu dekade mendatang.
Meskipun terdapat tantangan besar berupa pengurangan pekerjaan di sektor-sektor tertentu, peluang besar di sektor baru juga menjanjikan perkembangan ekonomi yang lebih inklusif.
Namun, untuk memaksimalkan manfaat dari transformasi ini, semua pihak harus bekerja bersama untuk memastikan bahwa tenaga kerja global memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan masa depan.