Menurut Bapanas, fluktuasi harga pangan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi cuaca, distribusi, dan permintaan pasar.
Cuaca yang tidak menentu di beberapa wilayah turut memengaruhi pasokan komoditas seperti cabai dan bawang.
Selain itu, peningkatan permintaan pada awal tahun, terutama untuk komoditas daging dan telur, berkontribusi pada kenaikan harga.
“Harga daging ayam dan telur biasanya naik karena permintaan meningkat setelah libur akhir tahun,” kata perwakilan Bapanas.
Bapanas mengimbau masyarakat untuk tetap bijak dalam mengelola kebutuhan pangan dan memanfaatkan berbagai program pemerintah untuk menjaga stabilitas harga.
Pemerintah melalui Bulog dan distributor lainnya juga terus memastikan pasokan pangan tetap stabil di seluruh Indonesia.
Pemerintah, melalui Badan Pangan Nasional dan Kementerian Pertanian, terus mengawasi pergerakan harga pangan secara ketat.
Beberapa langkah yang dilakukan meliputi:
1. Optimalisasi distribusi pangan: Memastikan rantai pasok berjalan lancar dari produsen ke konsumen, terutama untuk daerah-daerah terpencil.
2. Program stabilisasi harga: Menyediakan beras SPHP untuk menekan harga di tingkat konsumen.
3. Intervensi pasar: Menggelar operasi pasar guna menjaga stabilitas harga komoditas strategis seperti cabai, bawang, dan minyak goreng.
4. Peningkatan produksi lokal: Memberikan insentif kepada petani untuk meningkatkan produksi komoditas tertentu, seperti cabai dan bawang.
Dengan upaya ini, diharapkan harga pangan tetap terkendali sehingga daya beli masyarakat dapat terjaga.
Fluktuasi harga pangan adalah fenomena yang umum terjadi, terutama pada awal tahun.
Meskipun beberapa komoditas seperti cabai rawit dan daging ayam mencatat kenaikan harga, penurunan harga pada beras dan bawang memberikan sedikit kelonggaran bagi konsumen.
Masyarakat diimbau untuk terus memantau perkembangan harga dan memanfaatkan program pemerintah untuk menjaga kebutuhan pangan tetap tercukupi.