Penurunan ini terjadi setelah pengumuman data inflasi AS pada Jumat malam (20/12), yang membawa dampak pada pergerakan dolar AS di pasar global.
“Reaksi pasar terhadap data inflasi ini membuka peluang bagi penguatan rupiah, karena pelaku pasar cenderung merespons dengan cara mengurangi ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga yang lebih tinggi di AS,” ungkap Ariston lebih lanjut.
Namun, di sisi lain, sentimen negatif juga muncul terkait kebijakan pemerintah yang menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen.
BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 28 Oktober 2024 : Terus Melemah 72 Poin Menjadi Rp15.719 per Dolar AS
BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 25 Oktober 2024 : Melemah 31 Poin Menjadi Rp15.584 per Dolar AS
Kebijakan ini dinilai berpotensi menurunkan daya beli masyarakat, yang dapat memberikan tekanan negatif bagi nilai tukar rupiah.
“Meski ada potensi penguatan rupiah, ada juga faktor negatif dari kebijakan PPN yang dapat mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini. Namun, secara umum, kami melihat potensi penguatan rupiah ke kisaran Rp16.100, dengan level resisten di sekitar Rp16.200,” lanjut Ariston.
Pada perdagangan antarbank di Jakarta pagi ini, nilai tukar rupiah tercatat menguat 69 poin atau 0,42 persen menjadi Rp16.153 per dolar AS, dibandingkan dengan sebelumnya yang sebesar Rp16.222 per dolar AS.
Penguatan ini sejalan dengan penurunan indeks dolar AS, yang memberikan sentimen positif bagi nilai tukar rupiah di pasar uang.