Kondisi ini bisa berdampak serius, seperti tidak tersedianya antibiotik yang efektif saat terjadi infeksi berat, dan masyarakat diminta untuk tidak membeli antibiotik secara sembarangan, termasuk melalui platform daring, tanpa resep dokter.
Dokter Soroy juga menekankan pentingnya kesabaran dalam menjalani terapi antibiotik, karena membutuhkan waktu untuk bekerja dengan membantu tubuh melawan kuman, dan proses ini tidak bisa terjadi dalam hitungan jam.
“Jadi saya menghadapi pasien-pasien itu, kuncinya itu masalah kesabaran. Jadi kesabaran itu memang tidak mudah karena variasi genjala klinis setiap pasien atau individu kan berbeda dalam menghadapi infeksi dan antibiotik itu kan bukan sesuatu yang diberikan saat ini, dalam satu jam akan mampu membunuh kuman,” ungkapnya.
Mengganti antibiotik tanpa indikasi yang jelas hanya akan mengurangi efektivitas pengobatan.
Akhirnya, edukasi mengenai penggunaan antibiotik harus terus ditingkatkan, pengetahuan masyarakat tentang resistensi antibiotik (antimicrobial resistance) memang penting, tetapi keputusan akhir tetap ada di tangan dokter yang telah dididik untuk memahami kompleksitas penyakit dan menentukan terapi yang paling tepat.
Dengan penggunaan antibiotik yang bijak dan terkontrol, masyarakat dapat berkontribusi dalam mencegah resistensi antibiotik, melindungi diri sendiri, dan menjaga kesehatan komunitas secara keseluruhan.