Lokasi ini dikenal dengan nama Muara Lematang, dan desa di sekitar muara sungai ini juga dinamakan Desa Muara Lematang.
Masyarakat setempat menganggap desa ini sebagai salah satu simbol penting karena letaknya yang strategis di ujung muara Sungai Lematang.
Muara Lematang bukan hanya sekadar tempat di mana Sungai Lematang berakhir, tetapi juga menjadi saksi perjalanan panjang air dari hulu hingga hilir.
Muara ini berfungsi sebagai area penampungan alami dan sering dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan, termasuk sebagai lokasi pemancingan tradisional.
Banyak ikan air tawar yang hidup di sekitar muara, menjadikannya salah satu area produktif yang dimanfaatkan oleh warga setempat.
Sungai Lematang bukan sekadar aliran air, melainkan menyimpan sejarah dan budaya yang mendalam bagi masyarakat sekitarnya.
Dalam mitologi Suku Lematang, sungai ini dipercaya sebagai tempat kelahiran para dewa-dewi.
Hal ini menjadikan Sungai Lematang sangat dihormati dan dianggap sebagai simbol kehidupan dan kesuburan.
Adanya kepercayaan ini menunjukkan betapa kuatnya hubungan masyarakat dengan alam di sekitarnya.
Nilai budaya yang ada di sekitar Sungai Lematang juga terlihat dari berbagai ritual adat yang dilakukan oleh masyarakat untuk menghormati sungai.
Masyarakat setempat percaya bahwa menjaga hubungan harmonis dengan alam akan membawa kesejahteraan dan kemakmuran.
Oleh karena itu, Sungai Lematang bukan hanya dilihat sebagai sumber air, tetapi juga sebagai bagian dari identitas dan jati diri masyarakat.
Seiring perkembangan zaman, Sungai Lematang menghadapi berbagai tantangan, terutama pencemaran akibat aktivitas manusia.
Peningkatan aktivitas industri di sepanjang sungai, seperti pabrik minyak kelapa sawit dan gula, menjadi salah satu ancaman serius terhadap kualitas air Sungai Lematang.
Limbah industri yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari sungai dan berdampak pada ekosistemnya.
Selain itu, peningkatan jumlah penduduk dan urbanisasi yang cepat juga membawa masalah baru.