JELANG pemilihan Presiden (Pilpres) suasana politik makin panas.
Setelah Anies-Muhaimin (Amin) dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD resmi mendaftar ke KPU, publik tinggal menunggu kiprah Bacapres Prabowo Subianto yang telah resmi berpasangan dengan Gibran Rakabuming Raka untuk mendaftar ke KPU RI.
Terkait hal ini M Haekal Al Haffafah S Sos M Sos, selaku Pengamat Politik Unsri mencoba menganalisa pertarungan ketiga kontestan dan peluang ketiganya.
BACA JUGA:LAPSUS : Berharap Demokrasi Berkualitas
Dikatakan Haekal, ada berapa variabel yang mesti dilihat dalam konstelasi pilpres nasional, salah satunya adalah penelitian Clifford Geertz tahun 1953 tentang konsep Kaum abangan dan Kaum Santri.
Potret ini kemudian seringkali digunakan dalam melihat potensi elektoral ceruk pemilih dalam pasangan capres dan cawapres.
"Kalau kita lihat basis abangan itu ada di Jateng, basis pemilih kaum santri ada di Jatim," ucapnya, Minggu (22/10).
Sementara pasangan Ganjar lanjutnya, merepresentasikan kaum abangan dan Mahfudz merepresentasikan kaum santri.
Artinya kata Haekal, Ganjar dan Mahmud (pasangan Abangan dan Santri), Anies Baswedan - Cak Imin (Santri-Santri), kemudian Prabowo-Gibran jika memang akan berpasangan akan merepresentasikan (santri-abangan).
Lebih lanjut pertarungan akan sengit ditiga Jawa, Jateng, Jabar dan Jatim yang hampir menyentuh angka 90juta pemilih. Sebagai basis pemilih dengan proporsi yang lebih besar, maka semua kandidat akan melakukan penetrasi pemilih di 3 Jawa tersebut.
Jabar mayoritas pemilih mendukung Prabowo dan Anies, Jateng mayoritas pemilih mendukung Ganjar, Jatim juga suara Ganjar masih lumayan kuat.
Posisi Anies dibackup oleh Cak Imin dengan harapan akan mendapat dukungan ceruk pemilih di pemilih kaum santri Jawa Timur, Prabowo berharap Jokowi effect dari Gibran agar mendapat tambahan suara di Jateng dan mesin politik relawan Jokowi.
Sementara Ganjar berharap memperkuat penetrasi dukungan di Jatim karena sosok Mahfudz dianggap ideal untuk menjaga suara santri tentu juga isu penegakan hukum yang tidak kalah penting.
Siapa yang paling berpeluang, semuanya akan terjawab melalui proses letupan-letupan politik dan kapitalisasi isu yang dibangun ke depan.
Selain itu, perebutan juga akan terjadi dengan sangat memperhatikan isu-isu Gen Z dan Milenial yang pemilihnya mencapai 52 persen. ***