Kapal ini, yang pernah melintasi Laut Merah dengan aman beberapa waktu lalu, kini menjalani siklus perawatan rutin lima tahunan.
Proses ini tidak hanya mencakup perawatan dasar, tetapi juga peningkatan teknologi agar kapal semakin ramah lingkungan dan selalu memenuhi standar internasional.
Selain memperbarui teknologi, perawatan juga bertujuan untuk memastikan bahwa kapal tetap tangguh dan aman dalam melayani operasional Pertamina di jalur laut global.
Dalam budaya maritim dunia, penyebutan kapal sebagai sosok perempuan mungkin sudah ada sejak zaman dulu.
Dalam catatan sejarah, banyak kapal terkenal yang diberi nama perempuan, seperti Titanic dan Queen Mary.
Banyak orang percaya bahwa kapal adalah penjaga atau ibu bagi para pelautnya, memberikan perlindungan dan membawa mereka kembali dengan selamat.
Kapal juga kerap diberi nama perempuan sebagai bentuk penghormatan dan simbol harapan agar perjalanan mereka selalu aman.
Filosofi kapal sebagai perempuan ini juga mungkin berkaitan dengan keyakinan bahwa perempuan melambangkan kehidupan, perlindungan, dan ketangguhan.
Dalam mitologi, kapal sering dianggap memiliki roh atau semacam kepribadian yang harus dihormati.
Beberapa budaya bahkan melakukan upacara pemberian nama dan pemberkatan kapal sebagai bentuk penghormatan.
Kapal juga menjadi salah satu objek yang menarik bagi banyak orang karena keindahannya.
Bentuk kapal yang aerodinamis, ramping, serta hiasan dan dekorasi pada lambungnya sering kali membuat kapal terlihat anggun.
Di beberapa budaya, kapal bahkan dihias dengan ukiran, patung, dan simbol-simbol tertentu yang dipercaya dapat melindungi kapal dan awaknya dari marabahaya.
Keindahan dan daya tarik kapal ini menimbulkan kekaguman tersendiri di kalangan para pelaut dan penumpang.
Mereka memandang kapal sebagai sosok yang menakjubkan, sama seperti bagaimana mereka mengagumi kecantikan seorang perempuan.
Kekaguman ini turut memperkuat anggapan bahwa kapal memang layak disebut sebagai she atau her.