Kubu Lebar Telapak harus memenangkan pertarungan melawan Puyang Tulis untuk mendapatkan izin menikahi Puteri Rambut Berbuah Emas.
Pertarungan antara keduanya berlangsung selama tiga tahun.
Mereka beradu tanding dengan ilmu kanuragan yang dimiliki masing-masing.
Selama pertarungan itu, mereka tidak hanya saling menyerang dengan kekuatan fisik, tetapi juga menggunakan ilmu gaib.
Pertarungan yang sengit bahkan mengubah bentang alam di sekitarnya, dengan bukit-bukit yang sebelumnya menjulang menjadi lembah karena kekuatan yang mereka keluarkan.
Pertarungan ini tidak menghasilkan pemenang yang jelas.
Keduanya memiliki kekuatan yang seimbang, dan akhirnya mereka memutuskan untuk mengakhiri pertarungan dengan sebuah perjanjian.
Perjanjian tersebut dibuat saat mereka harus menyeberangi Sungai Betung, yang pada saat itu tidak memiliki jembatan.
Sungai Betung menjadi saksi akhir dari pertarungan antara Puyang Tulis dan Kubu Lebar Telapak.
Mereka sepakat untuk membuat jembatan (jerambah) dari bahan yang berbeda-beda, dan siapa yang jembatannya patah ketika dilintasi lawan, dialah yang kalah.
Kubu Lebar Telapak membuat jerambah dari kayu meranti bujang yang kokoh, sementara Puyang Tulis hanya menggunakan tongkat semambu ulung yang panjangnya hanya satu meter.
Anehnya, ketika jerambah Kubu Lebar Telapak patah saat dilintasi Puyang Tulis, tongkat semambu yang dipasang oleh Puyang Tulis tetap kokoh, bahkan melengkung ke atas ketika dilintasi Kubu Lebar Telapak.
Kubu Lebar Telapak mengakui kekalahannya dan menepati janjinya untuk mengabdi kepada Puyang Tulis seumur hidup.
Tempat di mana jembatan tersebut patah kemudian dikenal dengan nama "Tanjung Nongkol", yang artinya takluk atau kalah dalam bahasa setempat.
Meski kalah dalam pertarungan, Kubu Lebar Telapak tetap berhasil memenangkan hati Puteri Rambut Berbuah Emas.
Puteri Rambut Berbuah Emas jatuh cinta kepada Kubu Lebar Telapak, dan akhirnya mereka menikah dengan izin Puyang Tulis.