Sosok Puyang Tulis dihormati bukan hanya karena peran dakwahnya, tetapi juga karena kontribusinya dalam membangun kawasan tersebut.
Bersama dengan keluarga dan kerabatnya, ia membuka ladang-ladang pertanian yang tersebar di berbagai wilayah, dari pematang berumbung kuning hingga daerah Supat, Musi Banyuasin.
Wilayah yang digarap oleh Puyang Tulis dan kerabatnya dikenal dengan sebutan Tujuh Lenggu (lembah) dan Tujuh Pematang (bukit).
Nama-nama ini menggambarkan bentang alam yang meliputi lembah dan bukit, yang kemudian menjadi tempat pertanian dan pemukiman bagi masyarakat setempat.
Puyang Tulis juga memiliki beberapa saudara yang turut berperan dalam sejarah Rimba Asam.
Salah satu saudara laki-lakinya, Puyang Tombak Panjang, dikenal sebagai hulubalang atau panglima perang.
Makam Puyang Tombak Panjang juga berada di sekitar makam Puyang Tulis di Betung.
Selain itu, saudara perempuan mereka, yang dikenal dengan gelar Puyang Gemuk, juga dimakamkan di lokasi yang sama.
Namun, yang paling menarik adalah kisah adik bungsu mereka, Puteri Rambut Berbuah Emas, yang memiliki cerita unik dalam sejarah keluarga ini.
Puteri ini dikenal dengan rambutnya yang berkilau dan mendapat julukan Rambut Berbuah Emas.
Dalam kisah turun-temurun, Puteri Rambut Berbuah Emas menikah dengan seorang pria sakti yang dikenal sebagai Kubu Lebar Telapak.
Kisah pertemuan antara Puteri Rambut Berbuah Emas dengan Kubu Lebar Telapak adalah salah satu bagian paling menarik dari legenda Puyang Tulis.
Kubu Lebar Telapak merupakan seorang pendatang dari daerah uluan (hulu), yang dikenal karena kesaktiannya.
Ia datang dengan tujuan meminang Puteri Rambut Berbuah Emas, namun Puyang Tulis, yang juga dikenal sebagai Muyang Betung, memberikan syarat sebelum pernikahan dapat terjadi.