Dengan pilihan busana yang mencerminkan berbagai daerah di Indonesia, pelantikan kali ini seolah menjadi panggung untuk memperlihatkan kekayaan budaya dan tradisi yang dimiliki bangsa.
Hal ini sesuai dengan semangat Bhineka Tunggal Ika, yang mengajarkan bahwa keberagaman adalah aset utama bangsa Indonesia.
Lebih jauh, Lisa juga menekankan bahwa kebaya, sebagai busana tradisional yang dikenakan oleh Iriana dan Selvi, merupakan representasi kuat dari identitas perempuan Indonesia.
Kebaya bukan hanya sekadar busana, tetapi juga lambang nilai-nilai luhur seperti kelembutan, kesederhanaan, dan kecantikan yang tercermin dalam kebudayaan Indonesia.
“Kebaya telah menjadi bagian dari sejarah perempuan Indonesia sejak lama, dan sampai saat ini masih menjadi pilihan utama dalam berbagai acara penting, termasuk acara kenegaraan. Ini menunjukkan bahwa kebaya tetap relevan dan menjadi simbol kekuatan dan keanggunan perempuan Indonesia,” tutur Lisa.
Dalam konteks pelantikan presiden dan wakil presiden, penggunaan kebaya juga mengirimkan pesan penting bahwa meskipun Indonesia terus berkembang dan beradaptasi dengan modernitas, akar budaya dan tradisi tidak boleh dilupakan.
Keserasian antara kebaya merah dan putih yang dikenakan oleh Iriana Joko Widodo dan Selvi Ananda menggambarkan persatuan yang indah.
Meskipun berasal dari keluarga yang berbeda, mereka menunjukkan bahwa di bawah bendera yang sama, semua elemen bangsa dapat bersatu dalam semangat cinta tanah air.
Pilihan kebaya yang mencerminkan warna merah dan putih ini juga menjadi simbol harapan bahwa pemerintahan baru yang dipimpin oleh Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan membawa semangat persatuan dan kesatuan dalam memimpin Indonesia ke depan.
Melalui kebaya Merah Putih, Iriana dan Selvi tidak hanya merayakan pelantikan, tetapi juga mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk mengingat, merayakan, dan merawat kekayaan budaya serta identitas nasional yang selama ini menjadi pondasi kuat bangsa Indonesia.