Perlawanan dari Benteng Jati serta Enam Pasirah dari Pasemah Lebar yang memegang teguh kedaulatan wilayah mereka terhadap pemerintah kolonial Belanda berujung pada ekspansi militer Belanda ke wilayah ulu Palembang, termasuk Musi Rawas.
Pemerintahan kolonial Belanda pun mulai menerapkan sistem dekonsentrasi, di mana wilayah-wilayah yang dikuasai dipecah menjadi unit-unit pemerintahan yang lebih kecil.
Selama masa kolonial Belanda, wilayah keresidenan Palembang dibagi menjadi beberapa afdeling atau distrik administratif.
BACA JUGA:Asal Usul dan Sejarah Kabupaten Muaraenim : Berikut 6 Tokoh Terkenal dan Berpengaruh !
BACA JUGA:Lubuklinggau Siap Jadi Ibu Kota : Ini Rencana Pemekaran Provinsi Sumsel Barat di Sumatera Selatan !
Di antara wilayah-wilayah tersebut, Musi Rawas termasuk dalam Afdeling Palembangsche Boven Landen dengan ibu kota di Lahat.
Wilayah ini dibagi menjadi beberapa Onder Afdeling (sub-distrik), salah satunya adalah Musi Ulu yang memiliki ibu kota di Muara Beliti.
Musi Ulu dan Rawas merupakan dua sub-distrik penting yang menjadi bagian dari struktur pemerintahan kolonial Belanda.
Mengutip portal resmi Pemkab Musi Rawas, pembagian Afdeling Palembangsche Boven Landen adalah sebagai berikut:
1. Oafd Lematang Ulu, dengan ibu kota di Lahat.
2. Oafd Tanah Pasemah, dengan ibu kota di Bandar.
3. Oafd Lematang Ilir, dengan ibu kota di Muara Enim.
4. Oafd Tebing Tinggi Empat Lawang, dengan ibu kota di Tebing Tinggi.
5. Oafd Musi Ulu, dengan ibu kota di Muara Beliti.
6. Oafd Rawas, dengan ibu kota di Surulangun Rawas.
Setiap afdeling dikepalai oleh seorang Asistent Residen, sementara Onder Afdeling dipimpin oleh seorang Controleur.