Seorang tokoh masyarakat kemudian mengusulkan untuk mengganti nama sungai itu menjadi Sungai Ogan, sebagai upaya menghilangkan ketakutan yang berkembang di masyarakat.
Di Desa Pusar, terutama di kawasan Bukit Pelawi yang kini dikenal sebagai Kubangan Naga, banyak tempat diyakini sebagai bekas lokasi Raja Naga bertapa.
Goa Naga di Desa Saung Naga juga disebut-sebut sebagai tempat di mana Raja Naga sering bermeditasi.
BACA JUGA:Asal Usul dan Sejarah Kabupaten Muaraenim : Berikut 6 Tokoh Terkenal dan Berpengaruh !
BACA JUGA:4 Kabupaten dan 2 Kota Ini Hengkang dari Sumatera Selatan : Membentuk Provinsi Baru Sumsel Barat !
Salah satu bagian menarik dari legenda ini adalah kisah tentang Raja yang berburu badak putih di Sungai Nago, sebelum akhirnya terkena kutukan dari seorang pengembara bernama Si Pahit Lidah.
Kutukan tersebut, menurut legenda, mengubah Raja Naga dan segenap pengikutnya menjadi batu.
Kini, sisa-sisa kutukan tersebut dapat dilihat di sekitar Sungai Ogan, khususnya di Kelurahan Sukaraya, Kecamatan Baturaja Timur.
Di sana, kita dapat menemukan batu-batu berbentuk kapal, anjing, badak, ular, dan kodok yang menurut cerita adalah bagian dari transformasi akibat kutukan Si Pahit Lidah.
Bahkan, batu tupai yang kini berada di SD Negeri 1 Baturaja dipercaya sebagai salah satu batu yang terkutuk.
Cerita rakyat setempat menyebutkan bahwa batu tupai ini awalnya berada di lokasi yang sama dengan batu kapal dan batu anjing.
Sebelum akhirnya ditemukan oleh murid sekolah tersebut ketika mereka mencari bahan napal untuk prakarya.
Permukiman awal di Baturaja muncul di sekitar Dusun Baturaja, yang terletak di seberang Sungai Ogan.
Penduduk awal memilih menetap di sekitar aliran sungai karena kebutuhan ekonomi dan sumber daya air yang melimpah.
Dari Dusun Baturaja, masyarakat kemudian memperluas wilayah permukiman mereka hingga ke Dusun Tanjung Baru.
Seiring berjalannya waktu, Tanjung Baru menjadi salah satu pusat perdagangan dan permukiman penting bagi masyarakat Baturaja.