Dengan menggunakan produk lokal, Nyoman tidak hanya memenuhi peraturan TKDN, tetapi juga menunjukkan komitmennya terhadap industri dalam negeri.
Ia memastikan bahwa semua material yang digunakan memenuhi persyaratan TKDN, sebagai bentuk dukungan terhadap ekonomi dan industri lokal.
"Kami mematuhi peraturan TKDN dengan menggunakan produk lokal dalam pembuatan Istana Garuda. Ini bukan proyek sembarangan, semuanya dilakukan dengan sangat hati-hati dan teliti," tambahnya.
Nyoman juga membahas filosofi di balik desain Istana Garuda, yang dianggapnya lebih dari sekadar bangunan.
Ia memilih Garuda sebagai bentuk bangunan untuk menghindari kecemburuan dari berbagai daerah di Indonesia, mengingat keberagaman suku dan budaya yang ada di tanah air.
"Indonesia memiliki lebih dari 1.300 suku, dan memilih satu representasi budaya tertentu bisa menimbulkan kecemburuan. Oleh karena itu, saya memilih Garuda sebagai simbol nasional yang mewakili semua daerah di Indonesia," jelas Nyoman.
Selain itu, bentuk Garuda yang nampak memeluk mengandung filosofi mendalam tentang perlindungan dan persatuan bangsa Indonesia.
Garuda yang memeluk menggambarkan simbol perlindungan, kekuatan, dan keberanian.
“Saya ingin Garuda di Istana ini tidak hanya menjadi simbol kekuatan, tetapi juga simbol yang memeluk dan melindungi seluruh rakyat Indonesia,” ujarnya.
Membuat Istana Garuda bukanlah pekerjaan yang mudah.
Nyoman mengungkapkan bahwa proses pengerjaan bangunan ini melibatkan banyak tenaga ahli dan membutuhkan waktu yang lama.
Mulai dari desain hingga pemilihan material, semuanya dilakukan dengan sangat teliti untuk memastikan hasil akhir yang maksimal.
“Prosesnya sangat rumit, dari mulai desain hingga pemilihan material, semua dilakukan dengan sangat hati-hati. Ini adalah proyek yang membutuhkan perhatian pada setiap detailnya,” kata Nyoman.
Ia juga menjelaskan bahwa seluruh proses pengerjaan dilakukan di Indonesia, melibatkan tenaga kerja lokal yang memiliki keahlian tinggi.
Nyoman menegaskan bahwa proyek ini bukan sekadar membangun bangunan megah, tetapi juga sebagai bentuk penghargaan terhadap seni, budaya, dan kekayaan alam Indonesia.
Dengan menggunakan material yang dapat berubah warna seiring waktu, ia ingin menunjukkan bagaimana alam dan seni dapat bersatu dalam harmoni.