Harus Berbenah Layanan, agar Penerbangan Haji yang Lebih Baik Lagi

Sabtu 13 Jul 2024 - 20:24 WIB
Reporter : Robiansyah
Editor : Dahlia

Selain itu, keterlambatan juga disebabkan oleh keterbatasan jam terbang awak pesawat.

Awak pesawat memiliki regulasi jam terbang yang tidak boleh dilanggar untuk memastikan keselamatan penerbangan.

Hal ini terkadang menyebabkan kekurangan pilot atau awak kabin yang siap terbang, meskipun pesawat dan jamaah sudah siap.

Sebagai antisipasi gangguan penerbangan akibat kerusakan mesin pada pesawat, Garuda Indonesia juga menyiapkan tiga armada reguler sebagai cadangan untuk melayani embarkasi haji.

Namun, penggunaan pesawat cadangan ini berdampak pada keterlambatan sekitar 200 penerbangan reguler.

“Akan tetapi, saya pastikan semua sudah selesai, jadi tidak ada lagi jamaah haji yang slotnya berpindah-pindah. Mereka yang seharusnya pulang dari Jeddah maka akan pulang dari Jeddah, demikian juga mereka yang pulang dari Madinah akan pulang dari Madinah,” kata Irfan.

Kesempatan Untuk Maskapai Lain

Berdasarkan data Garuda, kinerja ketepatan waktu (OTP) Garuda pada fase keberangkatan haji 2024 sebesar 80 persen.

Dari total penerbangan, 32 persen tepat waktu, 21 persen mengalami penundaan, dan 47 persen berangkat lebih awal.

Secara umum, 86 persen penundaan disebabkan oleh faktor operasional dan 14 persen disebabkan oleh faktor teknis armada.

Sementara itu pada fase pemulangan haji, data Garuda Indonesia per 3 Juli 2024 menunjukkan bahwa tingkat ketepatan waktu Garuda sebesar 71 persen, dengan 44 persen penerbangan tepat waktu, 29 persen terlambat, dan 28 persen berangkat lebih awal.

Sebanyak 4 persen keterlambatan penerbangan terjadi karena aspek armada penerbangan, 96 persen disebabkan oleh aspek operasional dan layanan di Arab Saudi, seperti pengondisian jamaah lansia dan sakit yang membutuhkan penanganan khusus, serta peningkatan jumlah jemaah haji yang tidak disertai dengan penambahan kapasitas Bandara Jeddah yang menyebabkan penumpukan di beberapa area, baik pintu keberangkatan maupun imigrasi.

Isu keterlambatan oleh Garuda menjadi masalah yang paling banyak mendapat sorotan dan komplain selama keberangkatan haji 2024.

Paling parah adalah yang menimpa jamaah Kloter 3 Embarkasi Kualanamu (KNO 03) yang terlambat 12 jam 30 menit.

Insiden lainnya adalah penerbangan GA-1105 rute Makassar menuju Madinah, yang membawa sekitar 450 penumpang dan 18 awak pesawat, yang kemudian memutuskan untuk terbang kembali ke bandara keberangkatan atau return to base (RTB) setelah ditemukan adanya percikan api pada salah satu mesin.

Menanggapi kondisi itu, anggota Komisi VI DPR RI yang juga Tim Pengawas Haji 2024 Evita Nursanty mendesak Garuda untuk melaksanakan crash program untuk penerbangan haji 2025.

Kategori :