Della Dartyan, yang memerankan karakter Wati, harus memperdalam dialek bahasa Jawa dan mempelajari situasi karakter Wati, seorang pedagang toko kecil di daerah Klaten.
“Kan harus ngomong Jawa fasih, sementara Wati orangnya blak-blakan, kalau ngomong temponya cepat, dan di sini Wati sering banget marah-marah jadi aku benar-benar kayak nge-rap. Lumayan kalau salah, tapi alhamdulillah lancar,” ujar Della.
Indah Permatasari juga menghadapi tantangan serupa dalam memperdalam bahasa Jawa, mengingat latar belakangnya sebagai orang Makassar.
BACA JUGA:Nadila Ernesta Keluar dari Zona Nyaman Lewat Film “Bonnie”
BACA JUGA:Film 13 Bom di Jakarta Tembus 500 Ribu Penonton
Ia harus memperdalam kosa kata agar terdengar lebih medok.
“Kalau aku pribadi lebih ke bahasa karena lebih susah, takutnya beberapa tempat nggak gitu Jawanya, medoknya. Aku kepikiran banget, selebihnya alhamdulillah lancar, karena ada proses reading juga,” tambahnya.
Selain menghadirkan cerita horor yang menegangkan, Sakaratul Maut juga mengulas kehidupan manusia dan memberikan pesan moral bahwa dalam berhubungan dengan sesama manusia harus berbuat baik agar tidak mempersulit orang-orang di sekitarnya.
Film ini menceritakan tentang Retno dan Wati yang menghadapi musibah kecelakaan orang tua mereka.
Sang ibu meninggal di tempat, namun sang ayah, Pak Wiryo, harus menghadapi sakaratul maut karena diketahui memiliki khodam yang membuatnya sulit meninggal.
Di sisi lain, terungkap bahwa sang ayah memiliki istri kedua dan saudara tiri yang memperebutkan warisan dari sang ayah.
Konflik semakin memanas seiring dengan Wati dan Retno yang harus menghadapi khodam ayahnya yang menghantui seluruh keluarga.
Baik Indah dan Della menghadapi berbagai tantangan dalam memerankan karakter mereka.
Della harus memainkan adegan marah-marah dengan bahasa Jawa, yang menjadi salah satu tantangan terberatnya.
“Wati itu orangnya blak-blakan dan cepat ngomong. Di film ini, dia sering marah-marah dengan bahasa Jawa. Jadi aku merasa seperti sedang nge-rap, lumayan kalau salah, tapi alhamdulillah lancar,” ungkap Della.
Indah juga mengalami kesulitan yang sama dalam memperdalam dialek Jawa, terutama karena latar belakangnya sebagai orang Makassar.