Hal ini menunjukkan bahwa meskipun rupiah melemah, investor masih melihat obligasi pemerintah Indonesia sebagai pilihan investasi yang menarik.
Kepemilikan asing pada obligasi rupiah turun sebesar Rp1,12 triliun menjadi Rp808 triliun atau 13,91 persen dari total outstanding pada 5 Juli 2024.
Penurunan kepemilikan asing ini bisa jadi mencerminkan kekhawatiran investor asing terhadap risiko nilai tukar dan kondisi ekonomi global.
BACA JUGA:Nilai Tukar Rupiah Jumat 28 Juni 2024 : Melemah 1 Poin Menjadi Rp16.407 per Dolar AS !
BACA JUGA:Nilai Tukar Rupiah Kamis 27 Juni 2024 : Melemah 8 Poin Menjadi Rp16.421 per Dolar AS !
Hari ini, pemerintah akan mengadakan lelang obligasi negara dengan target indikatif sebesar Rp24 triliun.
Seri yang dilelang dalam lelang kali ini adalah SPN3mo, SPN12mo, FR0101, FR0100, FR0098, FR0097, dan FR0102.
Lelang ini diharapkan dapat menarik minat yang kuat dari investor domestik maupun asing, mengingat imbal hasil yang kompetitif dan stabilitas fiskal Indonesia.
Imbal hasil seri benchmark 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun masing-masing sebesar 6,91 persen (-4bps), 7,03 persen (-4bps), 7,08 persen (-1bps), dan 7,12 persen (-1bps).
Penurunan imbal hasil ini menunjukkan bahwa investor memiliki keyakinan pada kemampuan pemerintah Indonesia untuk mengelola utang dan mempertahankan stabilitas ekonomi.
Para analis ekonomi menyatakan bahwa pergerakan rupiah dan pasar obligasi sangat dipengaruhi oleh kebijakan moneter global, terutama dari AS.
Testimoni Jerome Powell akan menjadi indikator penting mengenai arah kebijakan suku bunga The Fed ke depan.
Jika Powell memberikan sinyal bahwa kenaikan suku bunga akan lebih cepat dan lebih agresif dari yang diharapkan, maka dolar AS bisa terus menguat dan rupiah berpotensi melemah lebih lanjut.
Namun, jika Powell menunjukkan sikap yang lebih hati-hati dan mengisyaratkan pengetatan moneter yang bertahap, maka rupiah dan aset-aset berisiko di pasar negara berkembang bisa mendapatkan sedikit dukungan.
Di Eropa, hasil pemilihan legislatif Prancis yang memenangkan koalisi Sayap Kiri juga memberikan tekanan tambahan pada mata uang dan pasar keuangan global.
Ketidakpastian politik di salah satu negara terbesar di zona euro ini dapat memicu sentimen risk-off, dimana investor cenderung menghindari aset berisiko dan mencari perlindungan di aset-aset yang dianggap aman, seperti dolar AS dan obligasi pemerintah AS.