Jelang Piala Thomas dan Uber 2024, Kondisi Shuttlecock Jadi Sorotan

Pasangan ganda putra Indonesia, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin-Foto: PBSI-

“Pengembalian kondisi juga dilakukan hari ini setelah melakukan perjalanan terbang yang tengah malam kemarin dari Jakarta menuju ke Chengdu,” ujarnya menambahkan.

Didi melanjutkan, secara persiapan teknis, tidak ada yang berbeda antara persiapan turnamen beregu dengan persiapan turnamen perorangan.

BACA JUGA:Xavi Akan Bertahan di Barcelona

BACA JUGA:Preview Indonesia U23 vs Korea Selatan U23 : Partai Pembuktian STY di Piala Asia U23 2024 !

Perbedaannya terjadi ketika membangun kebersamaan.

"Kalau untuk persiapan secara teknis tidak ada yang berbeda tapi untuk beregu lebih ke bagaimana kita membangun kebersamaan, baik di tunggal maupun di ganda. Kita harus saling support apapun hasilnya. Perjuangan anak-aak dengan memberikan yang terbaik sesuai kapasitasnya sudah cukup bagi kami,” ujar Didi.

Di sisi lain, tunggal putra Jonatan Christie menilai ada yang tidak normal pada shuttlecock yang digunakan, dimana lajunya dirasa terlalu kencang.

“Shuttlecock yang kami coba di latihan hari ini, yang dikatakan panitia adalah shuttlecock yang akan digunakan di pertandingan, menurut saya lajunya terlalu kencang dan kencangnya berlebihan,” jelas Jonatan.

Senada dengan Jonatan, pemain ganda putra Daniel Marthin juga mengeluhkan kondisi shuttlecock.

“Lapangan tidak ada masalah, ini standar China pada umumnya. Hanya saja, saya harus lebih beradaptasi lagi dengan shuttlecock yang sangat kencang ini,” ujar Daniel.

“Saya juga harus waspada perubahan tiba-tiba. Di latihan shuttlecocknya kencang, pada saat pertandingan bisa saja jadi lambat,” pungkasnya. (ant)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan