Beban Masyarakat Bakal Makin Berat

Aktifitas pelayanan pengisian BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM)-Foto: Antara-

Lebih lanjut, Veri juga mengkhawatirkan potensi ancaman gizi buruk di masyarakat akibat dampak ekonomi yang negatif dari kenaikan harga BBM.

"Kondisi ekonomi yang sulit dapat mengakibatkan berkurangnya akses masyarakat terhadap pangan yang bergizi, sehingga meningkatkan risiko gizi buruk di kalangan yang rentan," jelasnya.

Dalam konteks ini, Veri mendorong pemerintah untuk melakukan pertimbangan matang terkait kebijakan tersebut.

"Perlu adanya kajian mendalam tentang dampak sosial dan ekonomi dari penghapusan BBM Pertalite ini, serta langkah-langkah mitigasi yang tepat untuk menghindari dampak negatif yang merugikan masyarakat luas," tutupnya. 

Sebelumnya, Nicke Widyawati Direktur Utama PT Pertamina Persero mengaku bahwa harga Pertamax Green 92 diperkirakan akan masuk kategori BBM tertentu (JBT) atau BBM bersubsidi dan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP).

"Saat ini menjadi program pemerintah tentu harga Pertamax Green 92 regulated. Tidak mungkin namanya JBKP harganya diserahkan ke pasar. Hal ini karena ada mekanisme subsidi atau kompensasi di dalamnya," tegas perempuan berhijab ini, beberapa waktu lalu.

Jika rencana penghapusan Pertalite disetujui pemerintah maka nantinya Pertamina hanya akan menjual tiga jenis BBM.

Ketiga jenis BBM tersebut adalah Pertamax Green 92, Pertamax Green 95 dan Pertamax Turbo.

Pertamina sendiri sebagai pemasok sudah mempersiapkan Pertamax Green 92 dengan harga Rp 13.900 per liternya.

Bensin baru Pertamax Green 92 ini jauh lebih baik kualitasnya dan sudah diperkenalkan sejak 2023 lalu.

Nicke menambahkan kalau Pertamax Green 92 merupakan hasil peningkatan oktan dari Pertalite (RON 92).

Bensin Pertalite yang memiliki RON 90 dicampur dengan bioenergy Etanol sebesar 7 persen (E7) dan oktannya meningkat sampai 96 persen. ***

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan