Sejahterakan Anak Bangsa: Lestari Moerdijat Tekankan Pentingnya Pertumbuhan Ekonomi 2026
Lestari Moerdijat, Wakil Ketua MPR RI-Foto : ANTARA-
BACA JUGA:Prabowo Tegaskan Pejabat Dilarang “Wisata Bencana”, Jangan Datang ke Lokasi Hanya untuk Foto-foto
Dampak bencana alam di Sumatera beberapa waktu lalu, ujar David, diperkirakan akan mempengaruhi 0,3 persen dari PDB.
David memperkirakan, dalam upaya rekonstruksi pascabencana membutuhkan dana sampai Rp70 triliun dan langkah ini akan membantu pertumbuhan ekonomi tahun depan.
Menurut David, perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun depan sekitar 5,5 persen, salah satunya didorong oleh net ekspor sekitar 3,5 persen.
BACA JUGA:Prabowo Satukan Kepala Daerah Papua
BACA JUGA:Prabowo Tegaskan Pejabat Dilarang “Wisata Bencana”, Jangan Datang ke Lokasi Hanya untuk Foto-foto
Namun, ujar David, dari sisi investasi asing tahun depan tidak cukup masif. Mata uang rupiah tertekan akibat outflow investasi portofolio.
David berpendapat, sejumlah langkah stimulus yang diterapkan pemerintah harus segera diperbaiki pelaksanaannya agar mampu memberikan dampak yang lebih merata bagi masyarakat.
Sejumlah katalis yang dapat dilakukan pada 2026 untuk mendorong pertumbuhan, menurut David, antara lain penurunan BI rate, realisasi perjanjian investasi dan perdagangan untuk membuka pasar baru, dan realisasi sejumlah program prioritas pemerintah, seperti penguatan produksi pangan.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Media Wahyudi Askar berpendapat, dalam perspektif kebijakan pada 2026 harus fokus pada mitigasi risiko.
Menurut Media, langkah mitigasi risiko harus dikedepankan agar kemungkinan-kemungkinan terburuk dalam perekonomian tidak terjadi.
Lansekap ekonomi 2026, ujar Media, akan lebih kompleks. Kelompok masyarakat kelas menengah mulai terganggu daya belinya, sedangkan pada kelompok masyarakat kelas atas spending-nya masih tinggi.
"Tahun depan ada shifting economy. Ada yang naik, tetapi ada yang turun," ujar Media.
Media memperkirakan, pada 2026 berpeluang terjadi overheating economy, karena permintaan tumbuh lebih cepat jika dibandingkan dengan kapasitas produksi yang ada.
Salah satunya, kata Media, berpotensi dipicu oleh pelaksanaan program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang anggarannya mencapai Rp335 triliun.