Pertamina Drilling Luncurkan ICESS, Langkah Strategis Dukung Net Zero Emission 2060
PDSI memperkenalkan ICESS. -Foto : Prabu Agustian-
BACA JUGA:Dorong Ekonomi Daerah, Herman Deru Nilai PORPROV XV di Muba Jadi Magnet Perekonomian Baru
Teknologi ini memungkinkan penangkapan emisi CO₂ dari kegiatan industri dan penyimpanannya di bawah permukaan bumi, atau bahkan pemanfaatannya kembali untuk meningkatkan produktivitas lapangan minyak (Enhanced Oil Recovery/EOR).
Dengan ICESS, Pertamina Drilling menegaskan posisinya tidak hanya sebagai perusahaan jasa pengeboran migas, tetapi juga sebagai mitra strategis dalam pengembangan energi bersih dan berkelanjutan.
Avep Disasmita menjelaskan bahwa perjalanan panjang menuju realisasi ICESS telah dimulai sejak tahun 2024. Pada tahun tersebut, Pertamina Drilling mulai terlibat aktif dalam proyek CCS/CCUS Pertamina Charter, termasuk melakukan studi bersama Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri Institut Teknologi Bandung (LAPI ITB).
BACA JUGA:Gubernur Herman Deru Pastikan Homestay Atlet PORPROV XV Sumsel di Muba Layak dan Nyaman
BACA JUGA:Kodim 0402/OKI Siap Diaudit, Kunjungan Tim Itjenad Wujud Transparansi Tugas
Kolaborasi ini difokuskan pada pengembangan teknologi injeksi CO₂, yang menjadi fondasi utama dalam implementasi CCS/CCUS di lapangan migas Pertamina.
“Pada 2025 hingga 2026, kami akan fokus pada persiapan dan pelaksanaan injectivity test, studi kelayakan investasi peralatan untuk ICESS, serta peningkatan kompetensi teknis sumber daya manusia (SDM),” papar Avep.
Kemudian, lanjutnya, pada 2027–2028 Pertamina Drilling menargetkan Final Investment Decision (FID) Equipment ICESS dapat diperoleh. Setelah itu akan dilakukan Fase 1 Construction yang meliputi Manufacture & Fabrication, dilanjutkan Fase 2 Construction pada 2029, yang mencakup Installation & Commissioning peralatan ICESS.
“Sehingga diharapkan pada tahun 2030 tahap commercialization dan CO₂ Injection dapat dilaksanakan dan menjadikan Pertamina Drilling sebagai pemimpin layanan CCS/CCUS di Indonesia,” tegas Avep.
Pertamina Drilling menyadari bahwa keberhasilan implementasi teknologi CCS/CCUS membutuhkan kolaborasi yang erat antar-entitas di dalam Pertamina Group maupun dengan mitra eksternal. Menurut Avep, ICESS dirancang bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga sebagai model bisnis berdaya saing global.
“Kolaborasi lintas entitas di lingkungan Pertamina menjadi kunci agar solusi CCS/CCUS dapat diimplementasikan secara terintegrasi dan berdaya saing global,” ungkapnya. Ia juga menambahkan bahwa pendekatan ini diharapkan dapat menarik minat investor serta membuka peluang kerja sama internasional, mengingat potensi penyimpanan karbon di Indonesia yang sangat besar, terutama di wilayah bekas lapangan minyak dan gas.
Selain itu, pengembangan ICESS diyakini dapat memperkuat ketahanan energi nasional melalui diversifikasi bisnis berbasis inovasi hijau. Pertamina Drilling berupaya untuk tidak hanya menjadi penyedia jasa pengeboran konvensional, tetapi juga pionir dalam solusi energi bersih yang mendukung transformasi industri migas Indonesia menuju era rendah karbon.
Dengan semakin meningkatnya tekanan global terhadap pengurangan emisi karbon, industri migas dituntut untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan paradigma energi. Pertamina Drilling melalui ICESS berupaya menjawab tantangan tersebut dengan mengintegrasikan keahlian teknik pengeboran, rekayasa, dan pengawasan proyek ke dalam satu sistem yang mendukung penerapan CCS/CCUS secara efektif.
Avep Disasmita optimistis, dengan keunggulan teknis dan pengalaman panjang Pertamina Drilling di industri migas, Indonesia berpeluang besar menjadi leader CCS/CCUS di kawasan Asia Tenggara. “Kami optimistis, melalui ICESS, Indonesia dapat menjadi leader CCS/CCUS di kawasan Asia Tenggara,” ujarnya penuh keyakinan.