Pertimbangkan Blokir Roblox, DPR dan KPAI Soroti Konten Kekerasan pada Anak

Game online Roblox yang saat ini digemari anak-anak an diduga mengandung kekerasan-Foto : Istimewa-
Maka dari itu, melarang satu platform digital seperti Roblox memang dapat mencegah risiko dalam jangka pendek, tetapi belum tentu efektif untuk jangka panjang.
Sebab akan selalu ada platform baru, aplikasi baru, dan pintu-pintu lain menuju dunia virtual yang terbuka bagi siapa saja, termasuk anak-anak.
Yang lebih mendesak dari pelarangan adalah bagaimana kita, sebagai orang tua dan pendidik, ikut hadir dan melek dalam dunia digital yang dihuni anak-anak.
Sayangnya, banyak orang dewasa yang merasa cukup dengan hanya mengontrol, melarang, atau mencabut akses.
Padahal, zaman ini menuntut lebih dari itu: menjadi pendamping yang terlibat, pembimbing yang relevan, dan pembelajar yang rendah hati terhadap dunia baru anak.
Menariknya, Roblox sejatinya bukan platform jahat. Ada potensi edukatif yang justru bisa menjadi alat bantu pendidikan jika diarahkan dengan baik.
Roblox Studio, misalnya, memungkinkan anak-anak belajar dunia desain game dan dasar-dasar pemrograman dengan bahasa Lua.
Banyak anak belajar berpikir logis, menyusun algoritma, dan menyelesaikan masalah secara kreatif saat mereka membangun game mereka sendiri.
Sayangnya, potensi ini sering tidak dikenali karena kita terlalu fokus pada sisi gelapnya.
Padahal, seperti halnya dunia nyata, dunia digital juga tidak hitam-putih.
Yang menentukan apakah ia membawa manfaat atau mudarat bukan hanya dari medianya, tetapi dari cara kita memakai, mengakses, dan mendampinginya.
Jalan tengah
Maka, dibutuhkan pendekatan yang lebih bijak dan jangka panjang. Bukan semata pelarangan, tetapi pendampingan dan edukasi digital yang menyeluruh.
Beberapa hal bisa menjadi bagian dari solusi jalan tengah.
Pertama, perlu dilakukan literasi digital sejak dini.