Iran Gempur Pangkalan AS di Qatar: Operasi 'Bashayer Al-Fath' Dimulai !

Serangan rudal Iran ke pangkalan militer AS di Qatar dimulai-Foto : Dokumen Palpos-
Serangan Iran terjadi sebagai balasan atas serangan udara AS terhadap fasilitas nuklir Fordo, Natanz, dan Isfahan, yang dikonfirmasi langsung oleh Presiden AS Donald Trump pada Ahad pagi waktu setempat.
Menurut Gedung Putih, serangan itu dilakukan sebagai langkah defensif terhadap program nuklir Iran yang tidak terkendali dan ancaman terhadap sekutu-sekutu Amerika di kawasan.
Serangan ini dipicu oleh serangkaian konflik yang memuncak sejak 13 Juni, ketika Israel melancarkan serangan udara ke sejumlah posisi strategis Iran, termasuk depot senjata dan pusat militer di Suriah yang diklaim sebagai markas pasukan pro-Iran.
Sebagai balasannya, Iran meluncurkan serangan rudal ke wilayah Israel, menewaskan sedikitnya 25 warga Israel dan melukai ratusan lainnya.
Serangan balasan dari pihak Israel kemudian menyebabkan 430 warga Iran tewas dan lebih dari 3.500 luka-luka, menurut data dari Kementerian Kesehatan Iran.
PBB, Uni Eropa, dan Rusia telah menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap eskalasi terbaru ini, mendesak semua pihak untuk menahan diri dan kembali ke jalur diplomasi.
Namun, dengan serangan rudal yang kini menargetkan pangkalan militer di negara ketiga seperti Qatar dan Irak, risiko perang terbuka antarnegara semakin nyata.
Para analis memperkirakan bahwa respons militer lanjutan dari AS atau sekutunya kini tinggal menunggu waktu, yang bisa memperluas skala konflik dari Iran–Israel–AS menjadi konflik regional penuh yang melibatkan banyak negara Teluk.
Serangan rudal Iran ke Pangkalan Militer Al Udeid menandai eskalasi paling tajam dalam konfrontasi antara Teheran dan Washington dalam beberapa tahun terakhir.
Dengan adanya korban jiwa di Iran, dan dampak meluas ke negara-negara lain seperti Qatar dan Bahrain, Timur Tengah kembali berada di ambang konfrontasi berskala luas.
Upaya diplomatik internasional akan sangat diuji dalam beberapa hari ke depan.
Jika tidak ada de-eskalasi atau gencatan senjata, maka dunia bisa menyaksikan konflik militer multinasional yang bisa merusak stabilitas global, terutama dalam hal pasokan energi dan keamanan regional.
Sumber: Anadolu/Antara