Kenali Gejala Cacar Api pada Lansia

Bintil berisi air timbul di sisi kanan tubuh penderita herpes zoster cacar api (cacar ular) yang disebabkan oleh virus varicella-zoster-Foto : ANTARA-

KORANPALPOS.COM - Dokter spesialis penyakit dalam konsultan reumatologi dr. Sandra Sinthya Langow, SpPD-KR menjelaskan gejala penyakit cacar api yang umumnya ditemukan pada pasien lanjut usia beserta upaya untuk mencegahnya.

Sandra menjelaskan, cacar api atau herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus yang sama dengan penyebab terjadinya cacar air.

Menurutnya, setelah seseorang sembuh dari cacar air, virus tersebut tidak mati tapi bisa menyebabkan cacar api apabila ketahanan tubuh menurun.

"Jadi virus itu berdiam di tubuh kita, dia tinggal tunggu waktu. sampai seseorang itu menjadi tua misalnya, atau sistem ketebalan tubuhnya menurun dan dia menjadi bangkit kembali," kata dokter lulusan Universitas Indonesia (UI) itu dalam sebuah sesi diskusi di Jakarta, Minggu.

BACA JUGA:Wajib Tahu! Ini Manfaat dan Bahaya Makan Daging Kambing Berlebihan

BACA JUGA:Obati Radang Sendi dan Nyeri Otot dengan Daun Encok

Dia menambahkan, penyakit ini sering terjadi pada orang berusia di atas 50 tahun.

Selain menyebabkan ruam di kulit, cacar api juga dapat menimbulkan rasa sakit ekstrem seperti terasa tersengat listrik, rasa terbakar, atau tertusuk paku.

"Sakitnya tidak hanya pada waktu (kulit) lagi melepuh saja, tapi sakitnya bisa bertahan hingga satu tahun kadang-kadang. Jadi meski kulitnya sudah sembuh, tapi sakitnya masih berasa," kata Sandra.

Selain usia lanjut, kondisi yang dapat meningkatkan risiko cacar api antara lain riwayat keluarga, kanker, diabetes, autoimun, penyakit kardiovaskular, stres, kondisi paru-paru kronis, hingga jenis kelamin wanita.

BACA JUGA:Sembuhkan Luka Penderita Diabetes dengan Teripang

BACA JUGA:Penuaan dan Kehamilan Picu Pelemahan Otot Panggul : Waspadai Dampaknya Sejak Dini !

Dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Reumatologi Indonesia itu menjelaskan, jumlah pasien yang disebabkan oleh autoimun mengalami peningkatan dua sampai tiga kali lebih besar dibandingkan populasi umum.

"Pasien autoimun itu mengalami disfungsi atau gangguan dari sistem imunnya sehingga lebih rentan terkena infeksi dan juga lebih cenderung memberat kalau terkena infeksi. Kemudian faktor kedua adalah konsekuensi akibat pengobatan karena salah satu efek samping obat autoimun ini adalah peningkatan resiko infeksi," ujarnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan