Sumsel Perketat Pemeriksaan Hewan Kurban jelang Idul Adha
Hewan ternak yang dijual untuk kurban jelang Idul Adha. -Foto : ANTARA-
"Dengan edukasi yang terus-menerus seperti ini, kami berharap pelaksanaan kurban tahun ini tidak hanya sah secara syariat, tapi juga memenuhi kaidah kesehatan dan kelayakan," kata Jafrizal.
Sementara itu, Tokoh Ulama yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Lubuklinggau, KH Syaiful Hadi, mengingatkan tentang syarat-syarat hewan qurban.
Karena hal itu penting untuk diperhatikan oleh setiap muslim yang akan berqurban.
Dikatakannya, syarat utama hewan kurban dikatakan pemilik Pondok Pesantren (Ponpes) Ar Risalah ini adalah hewan ternak yang sehat dan tidak cacat atau memiliki fisik yang sempurna.
"Misalnya kakinya ada bekas patah atau telinganya congek itu tidak diperbolehkan," contoh Syaiful.
Kemudian lanjutnya, usia hewan kurban itu baik kambing, sapi atau kerbau harus diatas dua tahun atau giginya taringnya sudah tumbuh.
"Kalau bisa sudah bertanduk besar. Nabi itu mencontohkan hewan kurban dengan hewan yang sudah bertanduk besar, seperti saat nabi berkurban memilih hewan yang sudah bertanduk besar," jelasnya.
Mengenai berat minimal dikatakan Syaiful, itu tidak ada ketentuan. Kalau bisa diupayakan yang besar dan gemuk.
Di sisi lain, upaya pemeriksaan ketat terhadap hewan kurban oleh Pemprov Sumsel disambut positif oleh para pedagang hewan kurban.
Para penjual menilai langkah tersebut dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan memastikan transaksi berjalan lancar menjelang Hari Raya Idul Adha.
"Kami sangat mendukung pemeriksaan ini. Kalau hewan kami dinyatakan sehat dan diberi label resmi, masyarakat juga jadi lebih percaya untuk membeli di tempat kami," ujar salah seorang penjual hewan kurban, di kawasan Alang-alang Lebar, Kamis (22/5).
Ia menambahkan, adanya label sehat dari DKPP turut membantu mengurangi kekhawatiran masyarakat terhadap penyakit menular seperti antraks atau LSD yang belakangan menjadi perhatian.
- Tag
- Share
-
-
