Kueh Koci : Kuliner Tradisional yang Tetap Eksis di Tengah Modernitas
Manisnya kelapa parut, gurihnya tepung ketan, dan kehangatan yang terasa dalam setiap gigitan-Foto: instagram@shakirahizham-
Meskipun popularitasnya masih bertahan, kueh koci menghadapi tantangan di era modern ini.
Gaya hidup masyarakat yang serba praktis membuat makanan tradisional seperti kueh koci mulai tersisih oleh makanan cepat saji.
Selain itu, generasi muda cenderung kurang mengenal proses pembuatan kue tradisional ini.
Namun, berbagai upaya pelestarian telah dilakukan.
Banyak komunitas dan pelaku usaha kecil yang mengadakan workshop pembuatan kueh koci untuk memperkenalkan keunikan kuliner tradisional ini kepada generasi muda.
Media sosial juga dimanfaatkan untuk mempromosikan kueh koci sebagai bagian dari kekayaan budaya yang patut dibanggakan.
Untuk tetap relevan, pelaku usaha kuliner perlu menggandeng teknologi dalam memasarkan kueh koci.
Penjualan melalui platform e-commerce atau aplikasi makanan online menjadi salah satu cara efektif untuk menjangkau lebih banyak konsumen.
Selain itu, kemasan yang menarik dan modern dapat meningkatkan daya tarik kueh koci di mata generasi milenial.
Pemerintah dan lembaga budaya juga dapat berperan dalam melestarikan kueh koci.
Misalnya, dengan mengadakan festival kuliner tradisional atau memasukkan kueh koci sebagai salah satu menu wajib di acara-acara resmi.
Langkah-langkah ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan warisan kuliner.
Kueh koci adalah bukti bahwa kuliner tradisional memiliki nilai lebih dari sekadar rasa.
Ia menyimpan cerita, tradisi, dan identitas budaya yang harus dijaga.
Meski tantangan modernitas tidak dapat dihindari, semangat untuk melestarikan kueh koci terus hidup di tengah masyarakat.