Kue Nona Manis : Sejarah, Keunikan, dan Popularitas Kue Tradisional Indonesia
Manisnya nostalgia dalam setiap gigitan Kue Nona Manis, jajanan tradisional Indonesia yang tak lekang oleh waktu-Foto: instagram@vthree2107-
Santan yang digunakan memberikan kelembutan pada adonan, sementara gula memberikan rasa manis yang dominan.
Kue ini biasanya dipanggang dalam cetakan berbentuk kecil seperti mangkok atau cetakan kue cubir.
BACA JUGA:Sambal Cabe Hijau: Pedas Segar yang Menggugah Selera
BACA JUGA:Paprika: Sayuran Warna-Warni dengan Segudang Manfaat
Proses pertama adalah membuat adonan dari tepung terigu, gula, telur, dan santan kelapa.
Setelah itu, adonan tersebut diaduk rata hingga teksturnya halus dan lembut.
Sebelum dimasukkan ke dalam cetakan, beberapa orang menambahkan pewarna makanan alami, seperti daun pandan atau suji, untuk memberikan warna hijau yang khas pada bagian atas kue, sedangkan bagian bawahnya dibiarkan berwarna cokelat keemasan.
Setelah itu, adonan dipanggang dalam suhu yang tepat untuk mendapatkan tekstur kenyal di bagian dalam dan lapisan permukaan yang sedikit garing.
Kue nona manis siap disajikan setelah proses pemanggangan selesai.
Biasanya, kue ini disajikan dalam kondisi hangat, karena rasanya akan lebih nikmat ketika baru keluar dari oven.
Kue nona manis menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam berbagai tradisi kuliner Indonesia, khususnya di daerah Sumatra.
Pada acara-acara adat, seperti pernikahan atau khitanan, kue ini sering dijadikan sajian untuk para tamu.
Bentuknya yang kecil dan mungil membuatnya mudah dinikmati dalam sekali suap, memberikan sensasi kenikmatan yang sempurna di setiap gigitan.
Selain itu, kue ini juga populer sebagai camilan ringan yang disantap bersama teh manis atau kopi.
Banyak pedagang kaki lima yang menjual kue nona manis di pasar-pasar tradisional, dan tak jarang, kue ini juga dijajakan oleh para penjual makanan keliling.