Bank Mandiri Perkirakan Inflasi Domestik Akhir 2024 Capai 2,78 Persen
Suasana pasar tradisional Hamadi di Kota Jayapura, Papua. -FOTO : ANTARA-
BACA JUGA:VIDA Luncurkan Identity Stack untuk Cegah Penipuan Transaksi Digital : Kenali Cara Kerjanya !
Deflasi Agustus 2024 dipengaruhi oleh penurunan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,52 persen (mom).
Selain itu, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan juga mengalami deflasi sebesar 0,02 persen (mom).
Penurunan harga pada kelompok-kelompok ini menunjukkan adanya perbaikan pasokan dan penurunan permintaan konsumen terhadap barang-barang tersebut.
BACA JUGA:Pengumuman Penting! Dapatkan Saldo DANA Gratis Rp125 Ribu Langsung Cair, Tanpa Verifikasi KTP!
Di sisi lain, inflasi tertinggi pada Agustus 2024 terjadi pada kelompok pendidikan yang tumbuh sebesar 0,65 persen (mom), seiring dengan dimulainya tahun ajaran baru.
Kenaikan ini mencerminkan peningkatan biaya pendidikan yang menjadi salah satu faktor pendorong inflasi bulanan.
Secara tahunan, inflasi pada Agustus 2024 tercatat sebesar 2,12 persen (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yang sebesar 2,10 persen (yoy).
Namun, angka ini lebih rendah dari inflasi pada Juli 2024 yang mencapai 2,13 persen (yoy).
Data ini mengindikasikan bahwa meskipun inflasi bulanan mengalami penurunan, tekanan inflasi tahunan tetap ada dan perlu diwaspadai.
Dalam menghadapi risiko inflasi, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, untuk mengendalikan inflasi, terutama di sektor pangan.
Salah satu inisiatif yang dilakukan adalah Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), yang bertujuan untuk mewujudkan stabilitas harga dan ketahanan pangan nasional.
Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menyatakan bahwa koordinasi dan sinergi pengendalian inflasi harus diperkuat untuk menjaga stabilitas harga dan ketahanan pangan.
"Kita perlu memperkuat koordinasi dan sinergi pengendalian inflasi dalam menjaga stabilitas harga dan membangun ketahanan pangan guna memitigasi risiko inflasi ke depan utamanya dari sisi pasokan, yaitu gangguan produksi akibat bencana alam dan faktor musiman serta kendala distribusi," kata Destry di Jakarta, Jumat (17/5/2024).