Apresiasi Puskas Luncurkan Buku Kajian Gajah Palembang

Acara peluncuran buku Gajah Palembang. Foto: Antara --

Sekarang ini untuk menghalau gajah, harus dengan berbagai cara dan berganti strategi seperti bulan ini harus pakai tetabuan kaleng kemudian bulan berikutnya perlu menggunakan suara petasan/percon demikian seterusnya, ujar Ali Goik.

Sementara anggota tim penulis lainnya Vebri Al-Lintani menjelaskan bahwa untuk menulis buku itu diproses sejak awal Maret 2024.

Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, pada masa lalu ada harmonisasi antara kehidupan gajah dan manusia di provinsi ini.

“Gajah itu hewan cerdas, merasa terganggu kalau diusik. Tokoh Si Dasir dalam tradisi lisan Sumsel, contohnya. Si Dasir mati karena mengusik gajah. Selain itu, dalam sejarah Raja Sriwijaya, Shih-Ling-Chia dikatakan menaiki gajah jika melakukan perjalanan jauh. Artinya, sejak masa lampau gajah Palembang sudah mendukung kehidupan manusia di Sumsel, bukan berkonflik seperti dikeluhkan masyarakat sekarang ini," jelasnya

Menurut budayawan Sumsel itu, jika ada konflik manusia dengan gajah, maka harus dicari solusi budayanya yang pas.

BACA JUGA:2.000 Karateka Bertarung di Palembang : Kejuaraan Karate Cup Sumsel 2024 Jadi Ajang Bergengsi !

BACA JUGA:KPU : Putusan MK Terkait Pilkada Dipedomani hingga Penetapan Paslon

Tim penulis Puskas Sumsel melalui kajian berupaya mencari akar masalah gajah yang sering menjadi persoalan di tengah pemukiman masyarakat yang kini menjadi habitat gajah seperti beberapa desa kawasan Air Sugihan, Kabupaten OKI.

Selama ini ada kesan di lapangan bahwa persoalan konflik gajah dan manusia terkesan saling lempar tangan dalam penanganannya.

Oleh sebab itu, Tim Puskas Sumsel melakukan kajian dengan mencari akar konfliknya sekaligus berbagai kearifan lokal tentang gajah, sehingga dapat dilakukan saran-saran dalam penanganan gajah di daerah Air Sugihan," kata Vebri. (ant)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan