Mengapa Teknologi SCM Diminati Perusahaan di Indonesia ? Berikut Penjelasannya !

Jumat 14 Jun 2024 - 23:06 WIB
Reporter : Maryati
Editor : Robiansyah

Jansen menambahkan bahwa perusahaan lebih tertarik pada solusi SCM berbasis awan dibandingkan dengan solusi on-premise karena manfaat yang ditawarkan, seperti biaya investasi yang lebih rendah serta penghapusan biaya pemeliharaan software dan infrastruktur sendiri.

"Skalabilitas yang ditawarkan solusi SCM berbasis awan menghilangkan salah satu hambatan utama dalam adopsi teknologi, yaitu biaya implementasi yang tinggi. Oleh karena itu, solusi SCM berbasis awan mempercepat adopsi teknologi oleh perusahaan di berbagai industri dan membantu mereka merespons permintaan pasar dengan lebih dinamis," ujar Jansen.

Perusahaan yang memanfaatkan solusi SCM berbasis awan mencatat pertumbuhan pendapatan yang signifikan.

BACA JUGA:7 Rekomendasi Hijab Segi Empat Brand Lokal Murah, Harganya Segini !

BACA JUGA:Rekomendasi 5 Jam Tangan Wanita Kekinian, Anti Air dengan Harga 100 Ribuan !

Berdasarkan data, perusahaan-perusahaan ini mengalami peningkatan pendapatan hingga 45 persen dibandingkan dengan periode sebelum menggunakan teknologi tersebut.

"Ini membuktikan bahwa pemanfaatan solusi SCM berbasis awan membuahkan hasil positif yang tercermin dari peningkatan pendapatan bisnis," kata Jansen.

Namun, di balik manfaat yang diperoleh, perusahaan-perusahaan masih menghadapi sejumlah tantangan terkait manajemen rantai pasok.

Tantangan utama yang dihadapi adalah menekan kenaikan biaya produksi dan logistik (43 persen), mencegah dampak lingkungan dari aktivitas rantai pasok (37 persen), serta memitigasi dampak dari disrupsi eksternal seperti keterlambatan dan kekurangan pasokan (36 persen).

"Fluktuasi permintaan pelanggan, permintaan pasar yang rendah, dan terbatasnya visibilitas rantai pasok menjadi tiga tantangan lainnya yang dilaporkan oleh perusahaan di Indonesia," jelas Jansen.

Saat ini, mayoritas perusahaan berada pada tahap adopsi teknologi untuk mengotomatisasi proses utama di rantai pasok.

Hanya 6 persen perusahaan yang telah maju ke tahap adopsi teknologi berikutnya, yaitu penggunaan artificial intelligence (AI) untuk mengelola rantai pasok.

Namun, sebanyak 43 persen dari mereka berencana untuk mengadopsi teknologi tersebut dalam 2-3 tahun ke depan.

Ini menunjukkan bahwa potensi transformasi digital di tahap otomatisasi dan implementasi AI masih sangat besar.

Jansen menambahkan bahwa tren digitalisasi manajemen rantai pasok akan terus berkembang karena transformasi digital telah menjadi bagian dari perencanaan strategi jangka panjang di berbagai perusahaan.

Kehadiran AI membuka peluang baru bagi perusahaan untuk mendongkrak bisnis dengan teknologi.

Kategori :