2. Ketegangan Geopolitik dan Ekonomi Global
Ketidakpastian pasar global, seperti konflik geopolitik di Timur Tengah dan perlambatan ekonomi Tiongkok, menyebabkan investor cenderung melirik emas sebagai aset lindung nilai (safe haven).
3. Spekulasi Suku Bunga The Fed
Spekulasi bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) akan memangkas suku bunga turut mendukung pergerakan harga emas.
Suku bunga yang rendah membuat daya tarik emas sebagai aset non-yielding meningkat.
Emas batangan Antam tetap menjadi pilihan investasi favorit masyarakat Indonesia karena sejumlah alasan:
Likuiditas tinggi: Mudah dijual kembali kapan pun dibutuhkan.
Bersertifikat resmi: Dilengkapi sertifikat dari LBMA (London Bullion Market Association) yang diakui secara internasional.
Anti-inflasi: Dikenal sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi.
Daya tahan nilai: Emas relatif stabil dan tidak tergerus waktu, berbeda dengan properti atau saham.
Banyak analis memperkirakan bahwa harga emas masih berpotensi naik hingga akhir tahun 2025.
Hal ini didasarkan pada:
Kondisi ekonomi global yang belum stabil
Tekanan inflasi yang masih tinggi di banyak negara
Peningkatan permintaan emas fisik dari negara-negara Asia, termasuk Tiongkok dan India
Jika kondisi global terus tidak menentu dan The Fed memangkas suku bunga, maka harga emas bisa menembus rekor baru, bahkan mendekati atau melampaui angka Rp2 juta per gram.