Interior Liana mengadopsi nuansa sporty, terinspirasi dari kiprah Suzuki di ajang Junior World Rally Championship, khususnya lewat Suzuki Ignis.
Panel instrumen dihiasi pencahayaan merah, dipadukan dengan aluminium brushed dan setir kulit sintetis.
Kesan sporty sekaligus modern langsung terasa begitu pengemudi duduk di balik kemudi.
Secara visual, Liana terlihat simpel dan bersih, dengan garis desain yang tidak berlebihan.
Namun, ada catatan khusus mengenai proporsi bodinya yang agak aneh.
Garis vertikal dan tinggi mobil membuatnya tampak seperti mobil besar yang dipadatkan dalam bodi kecil.
Hal ini sedikit mengurangi kesan aerodinamis.
Meskipun demikian, kapasitas ruang kabin tergolong lega untuk mobil di kelasnya.
Baik penumpang depan maupun belakang akan merasa nyaman, dengan ruang kepala dan kaki yang memadai, termasuk untuk penumpang bertubuh tinggi.
Bagasi belakangnya juga cukup fungsional, cocok untuk kebutuhan sehari-hari maupun perjalanan pendek akhir pekan.
Namun, segala keunggulan tersebut tidak menutupi beberapa kekurangan yang cukup mencolok pada Liana.
Salah satu yang paling sering dikeluhkan adalah suara pintu saat ditutup.
Meskipun tidak dibanting, suara clunk yang terdengar keras seolah menunjukkan kurangnya peredam atau finishing pada engsel dan door trim.
Ini memberikan kesan bahwa perakitan mobil masih bisa lebih halus dan berkualitas.
Masalah lain yang muncul adalah tuas persneling yang terasa kasar dan tidak presisi.
Bahkan pada unit uji coba yang baru menempuh 3.884 km, sudah terdengar bunyi gesekan dan getaran yang cukup mengganggu.